A. Pengertian konseling
Istilah konseling dahulu diterjemahkan dengan kata “penyuluhan”. Penerjemahan penyuluhan atas kata konseling ternyata menimbulkan kerancuan dan sering menimbulkan salah persepsi. Dalam praktik pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah termasuk madrasah, konseling dengan arti penyuluhan tidak dilakukan seperti halnya penyuluhan pertanian, hukum, keluarga berencana, dan lain- lain; dimana orang dikumpulkan dalam jumlah yang banyak lalu penyuluh memberikan ceramah. Dalam dunia pendidikan (di sekolah atau madrasah), praktik konseling (yang diterjemahkan penyuluhan) dilakukan dalam suasana hubungan atau komunikasi yang bersifat individual. [1]
Secara Etimologi berasal dari bahasa Latin “consilium “artinya “dengan” atau bersama” yang dirangkai dengan “menerima atau “memahami”. Sedangkan dalam Bahasa Anglo Saxon istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti”menyerahkan” atau “menyampaikan”. Menurut Division of Conseling Psychologi Konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya, dan untuk mencapai perkembangan yang optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya ,proses tersebuat dapat terjadi setiap waktu[2].
Mortensen (1964) menyatakan bahwa konseling merupaka proses hubungan antarpribadi di mana orang yang satu membantu yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya. Dalam pengertian ini jelas menunjukkan bahwa konseling merupakan situasi pertemuan atau hubungan antarpribadi (konselor dan konseli atau klien) di mana konselor membantu konseli agar memperoleh pemahaman dan kecakapan menemukan masalah yang dihadapinya.[3]
Konseling merupakan situasi pertemuan tatap mukan antara konselor dengan klien (siswa) yang berusaha memecahkan sebuah masalah dengan mempertimbangkannya bersama- sama sehingga klien dapat memecahkan masalahnya berdasarkan penentuan sendiri. Dari pengertian ini menunjukkan bahwa konseling merupakan suatu situasi pertemuan tatap muka antara konselor dengan klien di mana konselor berusaha membantu klien memecahkan masalah yang dihadapi klien (siswa) berdasarkan pertimbangan bersama- sama, tetapi penentuan pemecahan masalah dilakukan oleh klien sendiri. Artinya bukan konselor yang memecahkan masalah klien.
Adapun menurut American Personnel and Guidance Association (APGA) konseling di devinisikan sebagai suatu hubungan antara seorang terlatih secara professional dan individu yang memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kecemasan biasa atau konflik atau pengambilan keputusan. Makna dari pengertian ini adalah bahwa konseling merupakan hubungan secara professional antara konselor dengan klien di mana konselor membantu klien yang mencari bantuan agar kien dapat mengatasi kecemasan atau konflik atau mampu mengambil keputusan sendiri atas pemecahan masalah yang dihadapinya.
Menurut ASCA(Amirican School Counselor Assosiation) mengemukakan, bahwa konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien. Konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilanya untuk membantu klien mengatasi masalah-masalahnya.
Surya (1988) menyimpulkan tentang konseling berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan oleh para pakar konseling sebagai berikut.
1. konseling merupakan alat yang paling penting dalam keseluruhan program bimbingan.
2. dalam konseling terlibat adanya pertalian (hubungan) dua orang individu, yaitu konselor dan klien, di mana konselor membantu klien melalui serangkaian interview dalam serangkaian pertemuan.
3. interview merupakan alat utama dalam keseluruhan kegiatan konseling.
4. tujuan yang ingin dicapai dalam konseling adalah agar klien: (a) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, (b) mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya ke arah tingkat perkembangan yang optimal, (c) mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya, (d) mempunyai wawasan yang lebih realistis serta penerimaan yang objektif tentang dirinya, (e) memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya dan dapat menyesuaikan diri secara lebih efektif terhadap dirinya maupun lingkungannya, (f) mencapai taraf aktualisasi diri dengan potensi yang dimilikinya, (g) terhindar dari gejala- gejala kecamasan (maladjustment).
5. konseling merupakan kegiatan professional, artinya dilaksanakan oleh orang (konselor) yang telah memiliki kualifikasi profesional dalam pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kualitas pribadinya.
6. konseling merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fundamental dalam diri klien terutama perubahan dalam sikap dan tindakan.
7. tanggung jawab utama dalam pengambilan keputusan berada di tangan klien dengan bantuan konselor.
8. konseling lebih menyangkut masalah sikap daripada tindakan.
9. konseling lebih berkenaan dengan pengahayatan emosional daripada masalah- masalah intelektual.
10. konseling berlangsung dalam suatu situasi pertemuan yang sedemikian rupa.[4]
B. Karasteristik Dan Prinsip Konseling
Menurut Leona. E. Tylor, ada lima karakteristik yang sekaligus merupakan prinsip- prinsip konseling. Kelima karakteristik tersebut adalah:
1. Konseling tidak sama dengan pemberian nasehat (advicement), sebab di dalam pemberian nasehat proses berpikir ada dan diberikan oleh penasehat, sedang dalam konseling proses berpikir dan pemecahan ditemukan dan dilakukan dengan klien sendiri.
2. Konseling mengusahakan perubahan- perubahan yang bersifat fundamental yang berkenaan dengan pola- pola hidup.
3. Konseling lebih menyangkut sikap daripada perbuatan atau tindakan.
4. Konseling lebih berkenaan dengan penghayatan emosional daripada pemecahan intelektual.
5. Konseling menyangkut juga hubungan klien dengan orang lain.
Konseling memegang peranan penting dalam bimbingan, sering disebut sebagai jantungnya bimbingan (counseling is the heart of guidance), konseling sebagai inti bimbingan (counseling is the core guidance), konseling sebagai pusatnya bimbingan (counseling is the center guidance). Sebab dikatakan jantung, inti, atau pusat karena konseling ini merupakan layanan atau teknik bimbingan yang bersifat terapeutik atau bersifat menyembuhkan (curative).
C. Tujuan Konseling
Adapun tujuan konseling itu adalah sebagai berikut
1. untuk membentuk kembali sruktur kepribadian klien dengan jalan mengembalikan hal yang tak disadari menjadi sadar kembali[5]
2. membina kepribadian secara integral, berdiri sendiri, dan mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah sendiri
3. membantu klien membuang respon-respon yang lama yang merusak diri dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat
D. Pendekatan konseling
Pendekatan konseling juga disebut sebagai teori konseling merupakan dasar bagi suatu praktek konseling. Pendekatan itu dirasa penting karena jika dapat dipahami berbagai pendekatan atau teori-teori konseling ,akan memudahkan dalam menentukan arah proses konseling.
Jika kita memahami bahwa pendidikan sebagai bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada yang belum dewasa dalam proses perkembangan menuju ke kedewasaan. Dalam hal ini sangat diperlukan bimbingan, dan perlu ada pendekatan dalam bimbingan tersebut. Ada tiga macam pendekatan, yaitu (Syaiful dan Aswan, 2002: 61):
1. Bimbingan preventif
Pendekatan bimbingan ini menolong seseorang sebelum seseorang menghadapi masalah. Caranya ialah dengan menghindari masalah itu (jika memungkinkan), mempersiapkan orang tersebut untuk menghadapi masalah yang pasti akan dihadapi dengan member bekal pengetahun, pemahaman, sikap, dan keterampilan untuk menghadapi masalah itu.
2. Bimbingan kuratif atau korektif
Dalam pendekatan ini pembimbing menolong seseorang jika orang itu menghadapi masalah yang cukup berat hingga tidak dapat diselesaikan sendiri.
3. Bimbingan perseveratif
Bimbingan ini bertujuan meningkatkan yang sudah baik, yang mencakup sifat dan sikap yang menguntungkan tercapainya penyesuaian diri dan terhadap lingkungan, kesehatan jiwa yang telah dimilikinya, kesehatan jasmani dan kebiasaan- kebiasaan hidup yang sehat, kebiasaan cara belajar atau bergaul yang baik dan sebagainya.
Bimbingan dapat dilakukan secara individual dan kelompok, sehingga ada pendekatan individu dan pendekatan kelompok, yaitu;
1. Pendekatan individu
Pendekatan bimbingan individu dilakukan dengan pendekatan perseorangan. Tiap orang dicoba didekati, dipahami dan ditolong secara perseorangan. Pendekatan ini dilaksanakan melalui wawancara langsung dengan individu. Dalam pendekatan ini terdapat hubungan yang dinamis. Individu merasa diterima dan dimengerti oleh pembimbing. Dalam hubungan tersebut pembimbing menerima individu secara pribadi dan tidak memberikan penilaian. Individu merasakan ada orang yang mengerti masalah pribadinya, mau mendengarkan keluhannya dan curahan perasaannya. Pendekatan bimbingan individu mencakup:
a) Informasi individual
b) Penasehatan individual
c) Pengajaran remedial individual
d) Penyuluhan individual
2. Pendekatan kelompok
Pendekatan bimbingan kelompok diberikan oleh pembimbing per kelompok. Beberapa orang yang bermasalah sama, atau yang dapat memperoleh manfaat dari pembimbingan kelompok. Bimbingan kelompok dilaksanakan dalam tiga kelompok, yaitu kelompok kecil (2-6 orang), kelompok sedang (7-12 orang), dan kelompok besar (13-20 orang) ataupun kelas (20-40 orang). Pendekatan bimbingan kelompok mencakup:
a) Informasi kelompok
b) Penasehatan kelompok
c) Pengajaran remedial kelompok
d) Penyuluhan kelompok
e) Home room
f) Sosiodrama
g) Karya wisata
h) Belajar kelompok
i) Kerja kelompok
j) Diskusi kelompok
k) Kegiatan club/pramuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar