ASSALAMU'ALAIKUM. WR.WB

SELAMAT DATANG DI BLOGGER SITI ZUBAIDAH, SEMOGA BISA MENJADI BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA. AMIN......
SALAM SEJAHTERAH DAN SELALU SEMANGAT UNTUK MENYONGSONG MASA DEPAN YANG DI IMPIKAN................

Kamis, 03 Mei 2012

PERANAN WALISONGO DALAM PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA


A.    Sejarah Singkat Walisongo
Sesuai dengan namanya Walisongo, jumlah wali penyebar agama Islam di Pulau Jawa dipermulaan abad ke 15 ada 9/Sembilan, yaitu :
1.      Sunan Gresik ( Syekh Maulana Malik Ibrahim): wali yang pertama datang ke Jawa pada abad ke-13 dan menyiarkan Islam di sekitar Gresik. Dimakamkan di Gresik, Jawa Timur.
2.      Sunan Ampel ( Raden Rahmat): Menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Beliau merupakan perancang pembangunan Masjid Demak.
3.      Sunan Giri (Raden Paku): Menyiarkan Islam di luar Jawa, yaitu Madura, Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku. Menyiarkan agama dengan metode bermain.
4.      Sunan Bonang ( Raden Makdum Ibrahim): Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang. Sunan yang sangat bijaksana.
5.      Sunan Drajat (Syekh Syarifudin): Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan agama di sekitar Surabaya. Seorang sunan yang sangat berjiwa sosial
6.      Sunan Kudus ( Syekh Ja’far Shadiq): Menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah. Seorang ahli seni bangunan. Hasilnya ialah Masjid dan Menara Kudus
7.      Sunan Muria ( Raden Umar Said): Menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria, terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah. Sangat dekat dengan rakyat jelata.
8.      Sunan Gunung Jati (Sayid Syarif Hidayatullah): Menyiarkan Islam di Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Seorang pemimpin berjiwa besar
9.      Sunan Kalijaga ( Raden Mahmud Syahid): Murid Sunan Bonang. Menyiarkan Islam di Jawa Tengah. Seorang pemimpin, pujangga, dan filosof. Menyiarkan agama dengan cara menyesuaikan dengan lingkungan setempat.Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid
Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Sunan Ampel anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajat adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.
Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya, Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.
Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat “sembilan wali” ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai “tabib” bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai “paus dari Timur” hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa yakni nuansa Hindu dan Budha.

B.     Peranan Walisongo dalam Pengembangan Islam di Indonesia
Walisongo mempunyai peranan yang sangat besar dalam pengembangan Islam di Indonesia. Bahkan mereka adalah perintis ulama dalam bidang dakwah Islam di Indonesia. Sekaligus pelopor penyiaran agama Islam di nusantara ini.
‘Wali’ adalah singkatan dari perkataan Arab, waliyullah dan  ia bermaksud “orang yang mencintai Allah dan dicintai Allah”. Manakalah ‘singo’ juga perkataan jawa yang bermaksud sembilan. Lantas “walisongo” merujuk kepada wali sembilan yakni sembilan orang yang mencintai dan dicintai Allah. Mereka diberi gelaran yang sedemikian karena mereka dianggap penyiar-penyiar agama Islam yang terpenting. Karena sesuangguhnya mereka mengajar dan menyebarkan Islam. Di samping itu, Islam juga merupakan para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka telah mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru yang merangkumi aspek kesehatan, bercocok tanam, perniagaan, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan dan pemerintahan.
Kesemua sembilan wali telah banyak memberikan sumbangan, namun dalam esai ini sumbangan tiga tokoh wali pilihan yang juga memberikan contoh representatip bagi kesemua wali-wali tersebut, akan di bincangkan dalam peranan mereka meningkatkan tahap keintelektualan kehidupan menerusi agama Islam dalam aspek pendidikan., sosio-ekonomi dan politik. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Giri dan Sunan Bonang
Tokoh yang pertama ialah Maulana Malik Ibrahim yang berbangsa Arab dari keturunan Rasulullah. Beliau datang dari Kasyan, Persia dan tiba d jawa pada 1404 sebagai penyebar agama Islam dan menetap di Leran, sebuah desa yang terletak di Gresik. Beliau telah menjalankan dakwah Islam dengan bijaksana dan dapat mengadaptasikan pengajarannya dengan masyarakat sekeliling sehingga ramai rakyat tertarik dengan agama baru ini,  lalu memeluknya.
Beliau telah memperkenalkan bidang perdagangan dan melalui ini, beliau berjaya mendapat tempat di hati masyarakat di tengah-tengah krisis ekonomi dan perang saudara. Contohnya beliau telah membuaka sebuah warung yang menyediakan bencucuk tanam dengan harga murah selain daripada mengajarkan cara-cara bercocok tanam yang baru, di samping itu, adat-istiadat lama tidak langsung ditentangnya dengan kekerasan. Sebaliknya menerusi pergaulannya sehari-hari. Beliau menunjukkan kemuliaan akhlak seperti kesopanan bertutur, sikap hormat-menghormati, tolng menolong yang diajarkan agama Islam.
Dengan inilah, beliau telah berjaya menarik orang-orang jawa dari kasta bawahan memeluk Islam. Beliau juga merupakan pencipta pondok/pesantren pertama di Gresik, umumnya di tanah jawa. Pondok ini dibina karena bilangan pengikutnya yang kiat bertanbah. Di sinilah juga, beliau juga melahitkan mubaligh-mubaligh Islam yang bergiat di tanah jawa. Kegiatan-kegiatan mendakwah dijalankan oleh beliau dengan penuh dedikasi sehingga Maulana Malik Ibrahim Meninggal dunia pada tahun 1914.
Tokoh kedua pula ialah sunan Giri yang dilahirkan pada tahun 1365 di Blambangan. Ayahnya adalah Maulana Ishak, seorang ulama Islam dari Arab dan bermukin di Pasai, aceh. Sunan Giri juga dikenali dengan Raden Paku atau Maulana Ainul Yaqin dan merupakan seorang ulama yang dibekali dengan pengetahuan agama yang mencukupi. Ilmunya yang mendalam dan dirinya yang senantiasa menjadi rujukan dalam hal-hal agama telah membuat ramai menganggapnya sebagai mufti.
Sunan Giri telah menyiarkan Islam dan menanamkannya ke dalam jiwa penduduk dalam berbagai cara. Beliau telah mendirikan sebuah masjid di kampung laut sebagai langkah pertama untuk menyebarkan Islam dan sehingga kini masjid itu masih kekal dalam bentuk asalnya meskipun telah dipindahkan ke tempat lain. Selain itu, beliau juga telah memilih suatu lokasi yang strategis bagi mendirikan pondok-pondok atau pesantren-pesantren yang telah bertahan sampai ke abad 17, untuk murit-muritnya bagi mengajarkan fiqih, hadist, nahwu, serta sharaf. Murid-muridnya pula bukan saja terdiri daripada mereka yang datang dari surabaya malah, ada juga yang berasal dari madura, lombok dan makasar, dengan terdirinya  pesantren-pesantern tersebut, ia menjadi pusat dan markas gerakan dakwah yang terbesar dan terawal di jawa.
Di samping itu, beliau juga merupakan seorang pedagang yang mengelilingi pulau-pulau di Indonesia seperti Kalimantan dan Sulawesi. Dengan inilah beliau telah berjaya memikat ramai orang kaya dan orang-orang terpandang di Maluku, Pontianak dan Banjarmasin untuk memeluk agama Islam.
Secara keseluruhannya, jasa terbesar beliau ialah usahanya mengantar anak muridnya ke pelosok-pelosok Indonesia seperti pulau Madura dan Bawean untuk menyiarkan Islam, selain iti kedudukan Giri amatlah penting juga dalam sejarah perkembangan politik dan pengaruh Islam di pulau jawa. Beliau telah banyak berkemampuan mempengaruhi daerah-daerah Islam yang lain seperti Japara, Tuban dan Gresik sehingga terbentuk kerajaan Islam pertama di Demak pada tahun 1479M.
Tokoh terakhir yang akan disentuh ialah Sunan Bonang yang juga dikenali sebagai Raden Makdum Ibrahim. Beliau hidup diantara 1465-1525M. beliau merai ilmu dari ayahnya Maulana Ishak dan terkenal sebagai ahli kalam atau ilmu tauhid.
Sunan Bonang memainkan peranan yang sangat besar dalam penumbuhan kerajaan Demak di dalam dakwahnya dan kedudukannya sebagai penyokong kerajaan Demak, beliau telah berusaha memasukkan pengaruh Islam ke dalam kalangan bangsawan keraton Majapahit. Ini dilakukannya dengan memberi didikan Islam kepada Raden Patah, Sultan Demak pertama. Selain itu, beliau juga membantu dalam penubuhan Masjid Agung di kota Bintora Demak.
Keistimewaan dan sekaligus pembaharuan yang dibuat oleh sunan Bonang ialah kebikjasanaan dan keunikannya dalam berdakwah yang telah membuat hati rakyat agar datang ke masjid. Bahkan, beliau memberi penekanan kepada kebersihan dengan menyediakan sebuah kolam dihadapan masjid agar setiap pengunjung yang datang dengan sendirinya akan membersihkan kaki mereka.
Beliau telah mencipta alat musik jawa yang disebut Bonang serta tembang dan gending-gending jawa yang berisikan ajaran Islam untuk berdakwah. Bonang itu akan dibunyikan untuk menarik perhatian masyarakat sekeliling yang mendengarnya agar berkunjung ke masjid sementara pengikut-pengikutnya pula diajarkan menyayikan tembang-tembang sehingga mereka menghafalnya yang kemudian mereka pula akan mengajarkannya kepada ahli keluarga masing-masing. Sedikit demi sedikit, Sunan Bonang dapat merebut hati rakyat dan kemudian menanamkan pengertian yang teguh tenyang Islam.
Dengan demikian, walisongo sesungguhnya telah memainkan peranan yang penting dalam penyebaran agama Islam ialah dengan cara mendakwah. Di samping sebagai pedagang, para pedagang Islam juga berperan sebagai mubaligh. Ada juga para mubaligh yang datang bersama pedagang dengan misi agamanya. Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan dengan cara para ulama mendatangi masyarakat objek dakwah, dengan menggunakan pendekatan sosial budaya. Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu menggunakan jenis budaya setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya. Di samping itu, para ulama ini juga mendirikan pesantren-pesantren sebagai sarana pendidikan Islam.
Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Walisongo (9 wali). Wali ialah orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Para wali ini dekat dengan kalangan istana. Merekalah orang yang memberikan pengesahan atas sah tidaknya seseorang naik tahta. Mereka juga adalah penasihat sultan.
v  Kapan dan Darimana Islam Masuk Indonesia
Sejarah mencatat bahwa sejak awal Masehi, pedagang-pedagang dari India dan Cina sudah memiliki hubungan dagang dengan penduduk Indonesia. Namun demikian, kapan tepatnya Islam hadir di Nusantara?
Masuknya Islam ke Indonesia  menimbulkan berbagai teori. Meski terdapat beberapa pendapat mengenai kedatangan agama Islam di Indonesia, banyak ahli sejarah cenderung percaya bahwa masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-7 berdasarkan Berita Cina zaman Dinasti Tang. Berita itu mencatat bahwa pada abad ke-7, terdapat permukiman pedagang muslim dari Arab di Desa Baros, daerah pantai barat Sumatra Utara.
Abad ke-13 Masehi lebih menunjuk pada perkembangan Islam bersamaan dengan tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Pendapat ini berdasarkan catatan perjalanan Marco Polo yang menerangkan bahwa ia pernah singgah di Perlak pada tahun 1292 dan berjumpa dengan orang-orang yang telah menganut agama Islam. Bukti yang turut memperkuat pendapat ini ialah ditemukannya nisan makam Raja Samudra Pasai, Sultan Malik al-Saleh yang berangka tahun 1297.
Jika diurutkan dari barat ke timur, Islam pertama kali masuk di Perlak, bagian utara Sumatra. Hal ini menyangkut strategisnya letak Perlak, yaitu di daerah Selat Malaka, jalur laut perdagangan internasional dari barat ke timur. Berikutnya ialah Kerajaan Samudra Pasai.
Di Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara Pulau Jawa ditandai dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tahun 475 Hijriah atau 1082 Masehi di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik. Dilihat dari namanya, diperkirakan Fatimah adalah keturunan Hibatullah, salah satu dinasti di Persia. Di samping itu, di Gresik juga ditemukan makam Malik Ibrahim dari Kasyan (satu tempat di Persia) yang meninggal pada tahun 822 H atau 1419 M. Agak ke pedalaman, di Mojokerto juga ditemukan ratusan kubur Islam kuno. Makam tertua berangka tahun 1374 M. Diperkirakan makam-makam ini ialah makam keluarga istana Majapahit.
Di Kalimantan, Islam masuk melalui Pontianak yang disiarkan oleh bangsawan Arab bernama Sultan Syarif Abdurrahman pada abad ke-18. Di hulu Sungai Pawan, di Ketapang, Kalimantan Barat ditemukan pemakaman Islam kuno. Angka tahun yang tertua pada makam-makam tersebut adalah tahun 1340 Saka (1418 M). Jadi, Islam telah ada sebelum abad ke-15 dan diperkirakan berasal dari Majapahit karena bentuk makam bergaya Majapahit dan berangka tahun Jawa kuno. Di Kalimantan Timur, Islam masuk melalui Kerajaan Kutai yang dibawa oleh dua orang penyiar agama dari Minangkabau yang bernama Tuan Haji Bandang dan Tuan Haji Tunggangparangan. Di Kalimantan Selatan, Islam masuk melalui Kerajaan Banjar yang disiarkan oleh Dayyan, seorang khatib (ahli khotbah) dari Demak. Di Kalimantan Tengah, bukti kedatangan Islam ditemukan pada masjid Ki Gede di Kotawaringin yang bertuliskan angka tahun 1434 M.
Di Sulawesi, Islam masuk melalui raja dan masyarakat Gowa-Tallo. Hal masuknya Islam ke Sulawesi ini tercatat pada Lontara Bilang. Menurut catatan tersebut, raja pertama yang memeluk Islam ialah Kanjeng Matoaya, raja keempat dari Tallo yang memeluk Islam pada tahun 1603. Adapun penyiar agama Islam di daerah ini berasal antara lain dari Demak, Tuban, Gresik, Minangkabau, bahkan dari Campa. Di Maluku, Islam masuk melalui bagian utara, yakni Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Diperkirakan Islam di daerah ini disiarkan oleh keempat ulama dari Irak, yaitu Syekh Amin, Syekh Mansyur, Syekh Umar, dan Syekh Yakub pada abad ke-8.