ASSALAMU'ALAIKUM. WR.WB

SELAMAT DATANG DI BLOGGER SITI ZUBAIDAH, SEMOGA BISA MENJADI BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA. AMIN......
SALAM SEJAHTERAH DAN SELALU SEMANGAT UNTUK MENYONGSONG MASA DEPAN YANG DI IMPIKAN................

Kamis, 03 Mei 2012

PERANAN WALISONGO DALAM PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA


A.    Sejarah Singkat Walisongo
Sesuai dengan namanya Walisongo, jumlah wali penyebar agama Islam di Pulau Jawa dipermulaan abad ke 15 ada 9/Sembilan, yaitu :
1.      Sunan Gresik ( Syekh Maulana Malik Ibrahim): wali yang pertama datang ke Jawa pada abad ke-13 dan menyiarkan Islam di sekitar Gresik. Dimakamkan di Gresik, Jawa Timur.
2.      Sunan Ampel ( Raden Rahmat): Menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Beliau merupakan perancang pembangunan Masjid Demak.
3.      Sunan Giri (Raden Paku): Menyiarkan Islam di luar Jawa, yaitu Madura, Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku. Menyiarkan agama dengan metode bermain.
4.      Sunan Bonang ( Raden Makdum Ibrahim): Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang. Sunan yang sangat bijaksana.
5.      Sunan Drajat (Syekh Syarifudin): Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan agama di sekitar Surabaya. Seorang sunan yang sangat berjiwa sosial
6.      Sunan Kudus ( Syekh Ja’far Shadiq): Menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah. Seorang ahli seni bangunan. Hasilnya ialah Masjid dan Menara Kudus
7.      Sunan Muria ( Raden Umar Said): Menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria, terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah. Sangat dekat dengan rakyat jelata.
8.      Sunan Gunung Jati (Sayid Syarif Hidayatullah): Menyiarkan Islam di Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Seorang pemimpin berjiwa besar
9.      Sunan Kalijaga ( Raden Mahmud Syahid): Murid Sunan Bonang. Menyiarkan Islam di Jawa Tengah. Seorang pemimpin, pujangga, dan filosof. Menyiarkan agama dengan cara menyesuaikan dengan lingkungan setempat.Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid
Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Sunan Ampel anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajat adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.
Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya, Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.
Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat “sembilan wali” ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai “tabib” bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai “paus dari Timur” hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa yakni nuansa Hindu dan Budha.

B.     Peranan Walisongo dalam Pengembangan Islam di Indonesia
Walisongo mempunyai peranan yang sangat besar dalam pengembangan Islam di Indonesia. Bahkan mereka adalah perintis ulama dalam bidang dakwah Islam di Indonesia. Sekaligus pelopor penyiaran agama Islam di nusantara ini.
‘Wali’ adalah singkatan dari perkataan Arab, waliyullah dan  ia bermaksud “orang yang mencintai Allah dan dicintai Allah”. Manakalah ‘singo’ juga perkataan jawa yang bermaksud sembilan. Lantas “walisongo” merujuk kepada wali sembilan yakni sembilan orang yang mencintai dan dicintai Allah. Mereka diberi gelaran yang sedemikian karena mereka dianggap penyiar-penyiar agama Islam yang terpenting. Karena sesuangguhnya mereka mengajar dan menyebarkan Islam. Di samping itu, Islam juga merupakan para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka telah mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru yang merangkumi aspek kesehatan, bercocok tanam, perniagaan, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan dan pemerintahan.
Kesemua sembilan wali telah banyak memberikan sumbangan, namun dalam esai ini sumbangan tiga tokoh wali pilihan yang juga memberikan contoh representatip bagi kesemua wali-wali tersebut, akan di bincangkan dalam peranan mereka meningkatkan tahap keintelektualan kehidupan menerusi agama Islam dalam aspek pendidikan., sosio-ekonomi dan politik. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Giri dan Sunan Bonang
Tokoh yang pertama ialah Maulana Malik Ibrahim yang berbangsa Arab dari keturunan Rasulullah. Beliau datang dari Kasyan, Persia dan tiba d jawa pada 1404 sebagai penyebar agama Islam dan menetap di Leran, sebuah desa yang terletak di Gresik. Beliau telah menjalankan dakwah Islam dengan bijaksana dan dapat mengadaptasikan pengajarannya dengan masyarakat sekeliling sehingga ramai rakyat tertarik dengan agama baru ini,  lalu memeluknya.
Beliau telah memperkenalkan bidang perdagangan dan melalui ini, beliau berjaya mendapat tempat di hati masyarakat di tengah-tengah krisis ekonomi dan perang saudara. Contohnya beliau telah membuaka sebuah warung yang menyediakan bencucuk tanam dengan harga murah selain daripada mengajarkan cara-cara bercocok tanam yang baru, di samping itu, adat-istiadat lama tidak langsung ditentangnya dengan kekerasan. Sebaliknya menerusi pergaulannya sehari-hari. Beliau menunjukkan kemuliaan akhlak seperti kesopanan bertutur, sikap hormat-menghormati, tolng menolong yang diajarkan agama Islam.
Dengan inilah, beliau telah berjaya menarik orang-orang jawa dari kasta bawahan memeluk Islam. Beliau juga merupakan pencipta pondok/pesantren pertama di Gresik, umumnya di tanah jawa. Pondok ini dibina karena bilangan pengikutnya yang kiat bertanbah. Di sinilah juga, beliau juga melahitkan mubaligh-mubaligh Islam yang bergiat di tanah jawa. Kegiatan-kegiatan mendakwah dijalankan oleh beliau dengan penuh dedikasi sehingga Maulana Malik Ibrahim Meninggal dunia pada tahun 1914.
Tokoh kedua pula ialah sunan Giri yang dilahirkan pada tahun 1365 di Blambangan. Ayahnya adalah Maulana Ishak, seorang ulama Islam dari Arab dan bermukin di Pasai, aceh. Sunan Giri juga dikenali dengan Raden Paku atau Maulana Ainul Yaqin dan merupakan seorang ulama yang dibekali dengan pengetahuan agama yang mencukupi. Ilmunya yang mendalam dan dirinya yang senantiasa menjadi rujukan dalam hal-hal agama telah membuat ramai menganggapnya sebagai mufti.
Sunan Giri telah menyiarkan Islam dan menanamkannya ke dalam jiwa penduduk dalam berbagai cara. Beliau telah mendirikan sebuah masjid di kampung laut sebagai langkah pertama untuk menyebarkan Islam dan sehingga kini masjid itu masih kekal dalam bentuk asalnya meskipun telah dipindahkan ke tempat lain. Selain itu, beliau juga telah memilih suatu lokasi yang strategis bagi mendirikan pondok-pondok atau pesantren-pesantren yang telah bertahan sampai ke abad 17, untuk murit-muritnya bagi mengajarkan fiqih, hadist, nahwu, serta sharaf. Murid-muridnya pula bukan saja terdiri daripada mereka yang datang dari surabaya malah, ada juga yang berasal dari madura, lombok dan makasar, dengan terdirinya  pesantren-pesantern tersebut, ia menjadi pusat dan markas gerakan dakwah yang terbesar dan terawal di jawa.
Di samping itu, beliau juga merupakan seorang pedagang yang mengelilingi pulau-pulau di Indonesia seperti Kalimantan dan Sulawesi. Dengan inilah beliau telah berjaya memikat ramai orang kaya dan orang-orang terpandang di Maluku, Pontianak dan Banjarmasin untuk memeluk agama Islam.
Secara keseluruhannya, jasa terbesar beliau ialah usahanya mengantar anak muridnya ke pelosok-pelosok Indonesia seperti pulau Madura dan Bawean untuk menyiarkan Islam, selain iti kedudukan Giri amatlah penting juga dalam sejarah perkembangan politik dan pengaruh Islam di pulau jawa. Beliau telah banyak berkemampuan mempengaruhi daerah-daerah Islam yang lain seperti Japara, Tuban dan Gresik sehingga terbentuk kerajaan Islam pertama di Demak pada tahun 1479M.
Tokoh terakhir yang akan disentuh ialah Sunan Bonang yang juga dikenali sebagai Raden Makdum Ibrahim. Beliau hidup diantara 1465-1525M. beliau merai ilmu dari ayahnya Maulana Ishak dan terkenal sebagai ahli kalam atau ilmu tauhid.
Sunan Bonang memainkan peranan yang sangat besar dalam penumbuhan kerajaan Demak di dalam dakwahnya dan kedudukannya sebagai penyokong kerajaan Demak, beliau telah berusaha memasukkan pengaruh Islam ke dalam kalangan bangsawan keraton Majapahit. Ini dilakukannya dengan memberi didikan Islam kepada Raden Patah, Sultan Demak pertama. Selain itu, beliau juga membantu dalam penubuhan Masjid Agung di kota Bintora Demak.
Keistimewaan dan sekaligus pembaharuan yang dibuat oleh sunan Bonang ialah kebikjasanaan dan keunikannya dalam berdakwah yang telah membuat hati rakyat agar datang ke masjid. Bahkan, beliau memberi penekanan kepada kebersihan dengan menyediakan sebuah kolam dihadapan masjid agar setiap pengunjung yang datang dengan sendirinya akan membersihkan kaki mereka.
Beliau telah mencipta alat musik jawa yang disebut Bonang serta tembang dan gending-gending jawa yang berisikan ajaran Islam untuk berdakwah. Bonang itu akan dibunyikan untuk menarik perhatian masyarakat sekeliling yang mendengarnya agar berkunjung ke masjid sementara pengikut-pengikutnya pula diajarkan menyayikan tembang-tembang sehingga mereka menghafalnya yang kemudian mereka pula akan mengajarkannya kepada ahli keluarga masing-masing. Sedikit demi sedikit, Sunan Bonang dapat merebut hati rakyat dan kemudian menanamkan pengertian yang teguh tenyang Islam.
Dengan demikian, walisongo sesungguhnya telah memainkan peranan yang penting dalam penyebaran agama Islam ialah dengan cara mendakwah. Di samping sebagai pedagang, para pedagang Islam juga berperan sebagai mubaligh. Ada juga para mubaligh yang datang bersama pedagang dengan misi agamanya. Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan dengan cara para ulama mendatangi masyarakat objek dakwah, dengan menggunakan pendekatan sosial budaya. Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu menggunakan jenis budaya setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya. Di samping itu, para ulama ini juga mendirikan pesantren-pesantren sebagai sarana pendidikan Islam.
Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Walisongo (9 wali). Wali ialah orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Para wali ini dekat dengan kalangan istana. Merekalah orang yang memberikan pengesahan atas sah tidaknya seseorang naik tahta. Mereka juga adalah penasihat sultan.
v  Kapan dan Darimana Islam Masuk Indonesia
Sejarah mencatat bahwa sejak awal Masehi, pedagang-pedagang dari India dan Cina sudah memiliki hubungan dagang dengan penduduk Indonesia. Namun demikian, kapan tepatnya Islam hadir di Nusantara?
Masuknya Islam ke Indonesia  menimbulkan berbagai teori. Meski terdapat beberapa pendapat mengenai kedatangan agama Islam di Indonesia, banyak ahli sejarah cenderung percaya bahwa masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-7 berdasarkan Berita Cina zaman Dinasti Tang. Berita itu mencatat bahwa pada abad ke-7, terdapat permukiman pedagang muslim dari Arab di Desa Baros, daerah pantai barat Sumatra Utara.
Abad ke-13 Masehi lebih menunjuk pada perkembangan Islam bersamaan dengan tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Pendapat ini berdasarkan catatan perjalanan Marco Polo yang menerangkan bahwa ia pernah singgah di Perlak pada tahun 1292 dan berjumpa dengan orang-orang yang telah menganut agama Islam. Bukti yang turut memperkuat pendapat ini ialah ditemukannya nisan makam Raja Samudra Pasai, Sultan Malik al-Saleh yang berangka tahun 1297.
Jika diurutkan dari barat ke timur, Islam pertama kali masuk di Perlak, bagian utara Sumatra. Hal ini menyangkut strategisnya letak Perlak, yaitu di daerah Selat Malaka, jalur laut perdagangan internasional dari barat ke timur. Berikutnya ialah Kerajaan Samudra Pasai.
Di Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara Pulau Jawa ditandai dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tahun 475 Hijriah atau 1082 Masehi di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik. Dilihat dari namanya, diperkirakan Fatimah adalah keturunan Hibatullah, salah satu dinasti di Persia. Di samping itu, di Gresik juga ditemukan makam Malik Ibrahim dari Kasyan (satu tempat di Persia) yang meninggal pada tahun 822 H atau 1419 M. Agak ke pedalaman, di Mojokerto juga ditemukan ratusan kubur Islam kuno. Makam tertua berangka tahun 1374 M. Diperkirakan makam-makam ini ialah makam keluarga istana Majapahit.
Di Kalimantan, Islam masuk melalui Pontianak yang disiarkan oleh bangsawan Arab bernama Sultan Syarif Abdurrahman pada abad ke-18. Di hulu Sungai Pawan, di Ketapang, Kalimantan Barat ditemukan pemakaman Islam kuno. Angka tahun yang tertua pada makam-makam tersebut adalah tahun 1340 Saka (1418 M). Jadi, Islam telah ada sebelum abad ke-15 dan diperkirakan berasal dari Majapahit karena bentuk makam bergaya Majapahit dan berangka tahun Jawa kuno. Di Kalimantan Timur, Islam masuk melalui Kerajaan Kutai yang dibawa oleh dua orang penyiar agama dari Minangkabau yang bernama Tuan Haji Bandang dan Tuan Haji Tunggangparangan. Di Kalimantan Selatan, Islam masuk melalui Kerajaan Banjar yang disiarkan oleh Dayyan, seorang khatib (ahli khotbah) dari Demak. Di Kalimantan Tengah, bukti kedatangan Islam ditemukan pada masjid Ki Gede di Kotawaringin yang bertuliskan angka tahun 1434 M.
Di Sulawesi, Islam masuk melalui raja dan masyarakat Gowa-Tallo. Hal masuknya Islam ke Sulawesi ini tercatat pada Lontara Bilang. Menurut catatan tersebut, raja pertama yang memeluk Islam ialah Kanjeng Matoaya, raja keempat dari Tallo yang memeluk Islam pada tahun 1603. Adapun penyiar agama Islam di daerah ini berasal antara lain dari Demak, Tuban, Gresik, Minangkabau, bahkan dari Campa. Di Maluku, Islam masuk melalui bagian utara, yakni Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Diperkirakan Islam di daerah ini disiarkan oleh keempat ulama dari Irak, yaitu Syekh Amin, Syekh Mansyur, Syekh Umar, dan Syekh Yakub pada abad ke-8.

PERKEMBANGAN POLITIK ISLAM INDONESIA


Masalah politik adalah segala sesuatu yang berubungan dengan kekuasaan , pemerintahan, lembaga-lembaga dan proses politik, hubungan internasional, dan tata pemerintahan.[1]
1.      Politik Islam Masa Penjajahan
a.       Masa Penjajahan Belanda
Pada tahun 1755 VOC berhasil menjadi pemegang hegemoni politik pulau Jawa dengan perjanjian Giyanti, karena itu raja Jawa kehilangan kekuasaan politiknya. Bahkan kewibawaan raja sangat tergantung kepada VOC. Rakyat kehilangan kepemimpinan, sementara penguasaan kolonial sangan menghimpit kehidupan mereka. Rakyat ketakutan dan kesulitan menghadapi penindasan yang terjadi sampai abad ke-14. Dalam kondisi seperti ini rakyat mencari pemimpin yang nonformal (para ulama’ dan kiai atau bangsawan) yang masih memerhatikan mereka.
Keresahan dan penderitaan rakyat akibat kondisi itu mendorong para kiai, ulama;, atau haji untuk menghimpun rakyat tampil sebagai pemimpin dengan cara menghubungi beberapa pesantren. Melalui khutbah-khutbahnya mereka membantu rakyat melepaskan diri dari tindakan pemerasan Belanda dengan melakukan perang jihad.
Di kalangan rakyat, makin berkuasanya kolonial dirasakan sangat berat karena terjadi eksploitasi hasil bumi rakyat untuk kepentingan VOC. Dalam kondisi seperti itu rakyat bergabung kepada pemimpin nonormal yang menggalang rakyat untuk melawan dan berjuang atas nama agama. Terjadilah perang Padri (1821-1837), dipelopori Imam Bonjol dibantu dengan delapan ulama; yang bergelar Harimau nan Salapan, perang aceh (1873-1904) dipimpin Panglima Polim yang didukung oleh para ulama, haji, dan muslim Aceh.[2]
b.      Masa Penjajahan Jepang
Tahun 1938-1945 terjadi perang dunia II antara Jerman, Itali, dan Jepang berhadapan dengan sekutu yang terdiri dari Inggris, Prancis, Rusia dan ditambah Amerika. Front Pasifik meletus tanggal 8 Desember 1941 ketika Amerika Serikat membuka Front baru menghadapi Jepang yang menjatuhkan bom di Pearl Harbour, sebuah pangkalan Amerika. Hindia Belanda (Nusantara) dibawah jajahan Belanda melalui pidato Ratu Wilhelmina mengumumkan perang kepada Jepang.
Jepang ingin menghilangkan kebangsaan Indonesia menjadi Nippon. Untuk mempercepat usaha itusegala cara ditempuh, yaitu dengan cara sebagai berikut:
1)      Membersihkan kebudayaan barat, kebudayaan Islam diganti dengan kebudayaan Jepang.
2)      Mengubah sistem pendidikan
3)      Membentuk barisan pemuda
4)      Memobilisasi pemimpin Islam
5)      Membentuk organisasi Islam
Tindakan Jepang yang kejam ternyata ada segi positifnya bagi Muslimin Indonesia. Tindakan-tindakan yang bernilai positif itu diantara lain sebagai berikut:
1)      Mendamaikan antara kaum “maju” (pembaru) dengan kaum bertahan (tradisionalis)
2)      Memberi kesempatan kepada ulama untuk mengalami pendidikan politik dengan menjadi pemimpin suatu organisasi besar yang menyeluruh yang didukung oleh berbagai macam aliran, telah memberikan pengalaman baru bagi para ulama
3)      Memberi kesempatan kepada ulama untuk menjadi administratur
4)      Mempersatukan sistem pendidikan
5)      Memberikan latihan dan keterampilan kepada pemuda-pemuda serta mempersiapkan diri menjadi kader-kader bangsa
6)      Mempersatukan bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional
7)      Membentuk organisasi Masyumi dan Hisbullah yang menjadi salah satu cikal bakal TNI
8)      Mendirikan sekolah tinggi Islam

2.      Politik Islam Masa Kemerdekaan
a.       Masa Revolusi
Keadaan perang Asia Timur berkembang sangat cepat. Rusia menyusul pengumuman perang kepada Jepang, sehingga Jepang mengalami Kekalahan demi kekalahan. Dalam pertemuan dengan Terauchi itu Soekarno, Hatta, dan Dr. Radjiman mendapat jaminan bahwa kemerdekaan Indonesia tidak menjadi masalah lagi, waktunya terserah mereka. Jepang akan membantu kapan saja Indonesia siap.
Dengan dibacakannya Proklamasi berarti Indonesia telah merdeka. Proklamasi mendapat dukungan massa rakyat dari segala lapisan, tetapi negara-negar besar  pemenang perang dunia II (Amerika Serikat dan Inggris) justru mengakui kedaulatan Belanda. Proklamasi lahir saat kekuatan militer jepang masih nyata, maka tindakan yang kadang-kadang spontan, seketika dan revolusioner sering menimbulkan keguncangan.
Ada beberapa pola peristiwa yang saling berkaitan yang perlu dibedakan, yaitu sebagai berikut:
1)      Ada tindakan kehati-hatian untuk mendapatkan format politik dan struktur pemerintahan yang sesuai dengan kebutuhan revolusi serta cocok untuk menghadapi kemungkinan terjadinya perang kemerdekaan
2)      Ada berbagai corak tindakan revolusioner dari para pemuda dan rakyat
3)      Pemuda yang membentuk barisan perjuangan dan menyaberkan berita serta pesan proklamasi
4)      Pemuda yang melakukan pengambilalihan kantor-kantor pemerintah, sehingga berbagai peristiwa yang disebut Hatta “perang bendera”  terjadi dimana-mana
5)      Pemuda berusaha mendapatkan senjata Jepang
Para pemikir Islam menyatakan bahwa memangul senjata melawan penjajah untuk membela negara merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari agama. Sikam mereka itu menentukan perjuangan masa revolusi.
b.      Masa Mempertahankan Kemerdekaan
Dengan keterbatasan alat komunikasi dan transportasi, proklamasi kemerdekaan tidak dapat diketahui serentak diseluruh wilayah Indonesia. Namun proklamasi beransur-ansur sampai kepada rakyat di daerah mulai dari kota ke desa-desa sekitar. Sekalipun tanpa komando, proklamasi kemerdekaan disambut gegap-gempita. Sebagai penduduk kota, terutama para pemuda dan pemimpin-pemimpinnya, mengetahui apa yang harus dikerjakan, yaitu mempertahankan proklamasi yang kadang-kadang muncul dengan caranya sendiri-sendiri.

3.      Politik Islam Masa Orde Lama
Sejak masa Demokrasi terpimpin, Indonesia mengalami masa yang disebut orde lama. Dengan diperlakukannya Demokrasi Terpimpin berarti peranan partai dihapus, namun Soekarno jalan terus. Oleh karena itu, M. Hatta menyatakan mengundurkan diri dari jabatannya pada tanggal 1 Desember 1956. Situasi politik sejak saat itu semakin kacau, terutama masyarakat di luar jawa. Simpati kepada Hatta cenderung menjadi sikap anti kepada pemerintah pusat Jakarta.
Pada tanggal 5 Juli 1958 Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden RI/PanglimaTertinggi Angkatan perang. Isi Dekrit adalah:
a.       Pembubaran Majelis Konstituante
b.      Kembali ke UUD 1945 dan mencabut UUD sementara
c.       Membentuk majelis Premusyawaratan Rakyat Sementara yang terdiri dari anggota DPR ditambah utusan daerah dan golongan serta pembentukan Dewan Pertimbangan Aguang sementara
Pada masa Demokrasi terpimpin, masyumi dan PSII dibubarkan. Akan tetapi masih ada wakil umat Islam di parlemen, yaitu NU. Mimpi Soekarno tentang Indonesia yang damai dan tenteram dalam sistem demokrasi telah bubar. Tahun 1966,  aksi pemuda, mahasiswa dan pelajar bersama ABRI berhasil menurunkan Soekarno dan membubarkan PKI serta melarang semua ajaran komunis Indonesia. Ini membuktikan bahwa demokrasi terpimpin tidak pas untuk Indonesia.

4.      Politik Islam Masa Orde Baru
Pada masa orde baru, umat Islam berhasil menggalang pesatuan. Orde baru mengalami banyak perubahan. Restrukturisasi politik, dilakukan tidak hanya dalam penyederhanaan partai politik tetapi juga dalam bentuk penyadaran pentingnya persatuan.
Menjelang diperlakukannya asas tunggal, semua umat Islam banyak yang cemas karena UU No. 8/1985 mewajibkan semua ormas mencantumkan asas lain sebagai ciri khas atau idetitas sendiri. Setelah asas tunggal diterima oleh umat Islam. Umat Islam mulai berjuang untuk berbagai masalah. Pada awal-awal masa orde barupemerintah mengumumkan monopoli pengelolaan perjalanan haji Indonesia. Hasil ini tidak masalah karena sebelumnya pengelolaan haji memang memerlukan penanganan yang lebih rapi.
Semua kemajuan umat Islam pada masa orde baru ini sebenarnya adalah sesuatu yang diluar kemampuan pengawasan Soeharto dan aparatnya. Sebab Soeharto dengan kekuatan ABRI-nya sebenarnya merekayasa segala macam cara, bahkan dengan kekerasan sehingga berkuasan selama 32 tahun. Dan pada tanggal 21 Mei 1998 Soeharto resmi mengundurkan diri dan melatik Habibie, yang merupakan Wakil Presiden waktu itu, menjadi Presiden RI.

5.      Politik Islam Masa Reformasi
Jatuhnya pemerintahan Orde Baru yang otoriter dan korup membawa harapan munculnya pemerintahan pasca Orde Baru yang demikratis. Hal ini tercemin dari kebebasan mendirikan partai politik tercatat pada 48 partai baru yang mengikuti pemilu 1999, termasuk didalamnya partai-partai Islam. Keadaan ini juga memengaruhi ulama untuk kembali aktif di dunia politik dengan terjun langsung untuk memenangkan partai tertentu sesuai dengan posisinya.
Kehadiran ulama dalam politik seharusnya berdampak positif, dalam pengertian memberikan sumbangan bagi terciptanya banguanan struktur politik yang bermoral, karena ulama adalah simbol moral. Namun, ketika ulama itu terpolarisasi sedemikian rupa, sehingga sering antara seorang ulama dengan ulama lain sering berhadapan dengan membela partainya masing-masing. Kondisi ini akan menimbulkan perpecahan dan dampaknya membingungkan rakyat, paling tidak akan memperlemah kekuatan umat Islam sendiri yang akhirnya sering dimanfaatkan oleh golongan (partai) lain.


[1] Hasan Shadily, 1984, Ensiklopedi Indonesia, jakarta: Ichtiar-van Hoeve, hlm. 2739
[2] Taufik Abdullah, (Ed.), 1991, Sejarah Masuk dan Perkembangan Islam Di Indonesia, Majlis Ulama Indonesia, hlm. 139

PERKEMBANGAN TASAWUF DAN TAREKAT


A.    Pengertian dan Orientasi Ajaran Tasawuf
Tasawuf atau sufisme atau mistisisme dalam islam adalah kesadaran murni yang mengarahkan jiwa secara benar kepada amal dan ibadah yang sungguh-sungguh, menjauhkan diri dari keduniaan (zuhud) dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah untuk mendapatkan perasaan berhubungan erat denga-Nya. Secara historis, yang pertama kali mengemukakan ajaran tauhid secara jelas dan sistematis adalah Nabi Ibrahim, bapak agama samawi, tiga agama di antaranya yang masih ada sampai sekarang (terlepas ajarannya tauhid murni atau bukan), yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam. Ibnu Khuldun mengatakan, Ilmu Tasawuf termasuk ilmu agama yang baru dalam Islam. Cikal bakalnya dari generasi pertama umat islam, baik dalam kalangan sahabat, tabi’in, maupun dari generasi sesudahnya. Ia adalah jalan kebenaran dan petunjuk.[1]
Sedangkan Kata tarekat berasal dari bahasa Arab thariqah, jamaknya tharaiq, yang berarti: (1) jalan atau petunjuk jalan atau cara, (2) Metode, system (al-uslub), (3) mazhab, aliran, haluan (al-mazhab), (4) keadaan (al-halah), (5) tiang tempat berteduh, tongkat, payung (‘amud al-mizalah).
Menurut Al-Jurjani ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali (740-816 M), tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah Ta’ala melalui tahapan-tahapan/maqamat.
Apa yang diajarkan oleh tasawuf tak lain adalah bagaimana menyembah Tuhan dalam suatu kesadaran penuh bahwa kita berada di dekatNya, sehingga kita “melihat-Nya” atau bahwa Ia senantiasa mengawasi kita, dan kita senantiasa berdiri dihadapanNya (Nurcholis Madjid).
Dalam hubungan ini, Harun Nasution mengatakan, tasawuf atau sufisme, sebagaimana halnya dengan mistisisme di luar agama islam, mempunyai tujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan. (mistisisme dimana sufisme termasuk didalamnya, ialah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dan Tuhan dengan mengasingkan diri dan berkontemplasi.

B.     Pokok-Pokok Ajaran Tasawuf
1.      Tasawuf Akhlaki
Pandangan hidup yang dikendalikan oleh dorongan-dorongan nafsu pribadi membuat manusia cenderung ingin menguasai dunia yang lambat laun akan membawa manusia pada kehancuran moral dan melupakan wujud dirinya sebagai hamba Allah yang terus berjalan diatas aturan-aturanNya, karena waktunya dihabiskan untuk persoalan duniawi. Nafsu adalah salah satu potensi yang diciptakan Tuhan di dalam diri manusia agar ia dapat hidup lebih maju, penuh kreativitas, dan bersemangat. Nafsu juga memiliki kecenderungan baik dan buruk tergantung bagaimana manusia dapat mengontrol nafsunya. Pada tahap awal memasuki kehidupan tasawuf, seorang murid diharuskan melakukan amalan dan latihan kerohanian yang cukup berat yang bertujuan untuk menguasai hawa nafsu dalam rangka pembersihan jiwa untuk dapat berada di hadirat Allah SWT.
Ada beberapa fasae yang dibuat oleh ahli tasawuf, sebagai salah satu bnetuk usaha menyingkap tabir yang membatasi manusia dengan Tuhan, yakni:
»       Takhalli: Berarti membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, dan maksiat lahir batin. Takhalli juga berarti mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan hidup duniawi, yaitu dengan melenyapkan dorongan hawa nafsu jahat
»       Tahalli: Berarti mengisi diri dengan sifat-sifat terpuji, dengan taat lahir dan bathin. Tahalli juga berarti menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan sifat dan sikap serta perbuatan yang baik, berusaha agar dalam setiap gerak perilaku selalu berjalan diatas ketentuan agama.
»       Tajalli: Berarti terungkapnya nur ghaib untuk hati, di pelajari tentang ma’rifat. Untuk melestarikan dan memperdalam rasa ketuhanan, ada beberapa cara yag diajarkan kaum sufi, antara lain adalah:
»       Munajat: Disampaikannya keluhan, mengadukan nasib dengan untaian kata yang indah seraya memuji keagungan Allah. Ini adalah salah satu bentuk doa yang diucapkan dengan sepenuh hati disertai dengan deraian air mata dan denganbahasa yang puitis. Tangis karena merasa banyak kekurangan, berarti air mata karena rindu ingin bertemu dengan Tuhan. Munajat biasanya dilakukan di tengah keheningan malam setelah sholat Tahajjud, agar segala ekspresinya tertuju bulat kepada Allah, yang juga memiliki makna dan romantika yang menyentuh jiwa yang paling dalam.
»       Muraqabah dan muhasabah: Muraqabah merupakan suatu sikap mental yang senantiasa melihat dan memandang, baik dalam keadaan terjaga maupun tidur, baik dalam keadaan bergerak maupun diam, baik dalam waktu lapang maupun susah, dimana pun kapanpun kita senantiasa merasa diawasi oleh Nya. Sedangkan Muqarabah merupakan pangkal pokok kebaikan, dan hal ini baru akan dicapai seseorang apabila telah melakukan muhasabah (memperhitungkan) terhadap perbuatan amal sendiri. Apabila seseorang telah melakukan introspeksi terhadap amal perbuatannya, sehingga mengetahui kelebihan dan kekurangannya, kemudian setelah mengetahui kekurangan yang dimilikinya, lahirlah keinginan untuk memperbaiki keadaan dirinya dengan mengikuti kebenaran dan memperbaiki hubungan dengan Tuhannya. Dengan demikian ingatannya selalu tertuju kepada Allah, dan Allah selalu memperhatikannya, jadilah ia dekat dengan Allah.
»       Memperbanyak wird dan zikr: Wird berarti bacaan-bacaan zikr, doa-doa atau amalan amalan lain yang dibiasakan membacanya atau mengamalkannya. Biasanya dilakukan setelah sholat. Wird juga dapat berarti shalat sunnah. Sedangkan Zikr ialah ucapan yang dilakukan dengan lisan atau mengingat Allah dengan hati, denganucapan atau ingatan untuk mensucikan Tuhan dan membersihkanNya dari sifat-sifat yang tidak layak bagiNya, selanjutny amemujinya dengan pujian-pujian sifat-sifatNya yang sempurna, sifat-sifat yang menunjukkan kebesaran dan keagunganNya.
»       Mengingat mati: Dengan ingat kepada mati, manusia akan giat beramal dan sebaliknya, apbila manusia lupa kepada mati, maka lupalah ia kepada akhirat sebagai tempat kembali seluruh umat manusia.
»       Taffakkur: adalah pengertian, pemahaman, pemikiran dan perenungan, sebagai jalan untuk mnegenal Tuhan yang dilakukan dengan menggunakan akal yang berpusat di kepala dan dilakukan dengan hati yang berpusat di dada.
2.      Tasawuf Amali
Tasawuf amali merupakan lanjutan dari tasawuf akhlak, karena seseorang tidak bisa dekat dengan Tuhan sebelum ia membersihkan jiwanya. Jiwa yang bersih merupakan syarat utama untuk bisa kembali kepada Tuhan, karena Dia suci dan menginginkan orang-orang yang suci.
Beberapa istilah sarana dan prasarana dalam pelaksanaan ajaran tasawuf sebagai upaya mendekatkan diri kepada Tuhan:
»       Syari’ah artinya undang-undang, ketentuan-ketentuan atau garis-garis yang telah ditentukan, dimana termasuk dialamnya hukum-hukum halal dan haram, yangn disuruh dan yang di larang,  yang sunnah, yang makruh dan yang mubah
»       Tariqah memiliki dua pengertian, yang pertama pada abad ke-9 dan ke-10 Masehi berarti pendidikan akhlak dan jiwa bagi mereka yang menempuh hidup sufi. Kedua, pada abad ke-11 Masehi tariqah memiliki pengertian suatu gerakan yang lengkap untuk memberikan latihan-latihan rohani dan jasmani pada segolongan umat muslim menurut ajaran dan keyakinan tertentu (L. Massignon).
»       Haqiqah berarti kebenaran sejati dan mutlak sebagai akhir daris emua perjalanan, tujuan segala jalan. Tariqah dan haqiqah tidak dapat dipisahkan, bahkan saling behubungan.
»       Ma’rifah berarti pengetahuan mengenai Tuhan melalui hati (qalb)
3.      Tasawuf Falsafi
Tasawuf falsafi ialah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis  dengan visi rasional, tasawuf falsafi menggunakan terminology falsafi dalam pengungkapan ajarannya, yang berasal dari bermacam ajaran filsafat.
Ciri umum ajaran tasawuf falsafi ialah kesamaran ajarannya, akibat banyaknya ungkapan dan istilah khusus yang hanya bias dipahami oleh mereka yang memahami ajaran tasawuf jenis ini. Selanjutnya tasawuf falsafi ini tidak bias dipandang sebagai filsafat, karena ajaran dan metodenya didasrkan pada rasa, dan tidak dapat di kategorikan sebagai tasawuf.[2]

C.    Perkembangan Tasawuf di Indonesia
Bila membicarakan tentang sejarah dan pemikiran tasawuf di indonesia, aceh memainkan peran yang sangat penting. karena aceh merupakan wilayah yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah indonesia khususnya , umumnya dengan malaysia, thailand, brunei darussalam, dan negara semenanjung malaya.untuk itu tentang sejarah pemikiran tasawuf di indonesia, aceh menempati posisi pertama dan strategis, karena nantinya akan mewarnai perkembangan tasawuf di indoensia secara keseluruhan. Menelusuri mewabahnya aliran ini di Indonesia, maka hal ini tidak lepas dari pada peran andil orang-orang yang melakukan study (belajar) ke negara Timur tengah. Diantara para pelopor berkembangnya aliran tasawuf di Indonesia, sebagaimana yang disebutkan dibeberapa literatur diantaranya adalah : Nuruddin Ar Raniri (wafat tahun 1658 M ), Abdur Rauf As Sinkili (1615 -1693 M ), Muhammad Yusuf Al makkasary ( 1629-1699 M ). Mereka ini belajar di kota Makkah.
Abdurrauf As-sinkili setelah belajar beberapa lama kemudian diangakat sebagai khalifah Tarekat Syatariyah oleh Muhammad Al Quraisy. Dirinya kembali ke Aceh setelah gurunya meninggal. Keberadaanya di tanah Aceh cukup dipandang oleh para penduduk bahkan dijadikan sebagai panutan dimasyarakat, bermodal kepercayaan yang telah diberikan masyarakat kepadanya serta kegigihan murid-muridnya, maka dengan mudahnya ia berhasil mengembangkan ajaran Thariqot sufiyahnya dengan perkembangan yang sangat pesat hingga paham itu tersebar sampai ke Minang kabau ( Sumatra Barat ). Salah satu murid Abdur Rouf as Sinkili yang berhasil menyebarkan paham ini adalah Burhanuddin. Demikianlah jejak pemahaman yang ditinggalkan oleh As Sangkili yang berkembang pesat ditanah Minang yang terkenal dengan religiusnya itu.
As-Sinkili meningggal dan dikuburkan di Kuala, mulut sungai Kapuas. Tempat tersebut kini menjadi tempat ziarah yang banyak dikunjungi banyak orang.
Sedang Muhamad Yusuf Al Makasary setelah bertemu dengan gurunya yakni Syaikh Abu Barakat Ayyub bin Ahmad bin Ayyub Al Kholwati Al Khurosy As Syami Ad Dimasqy, kemudian diberi otoritas untuk menjadi kholifah bagi aliran Thariqot Kholwatiyah dan diberi gelar dengan Taj Al Kholwati ( Mahkota Kholwati ). Setelah kembali ke Aceh ia pun mulai mengembangkan paham Kholwatiyah ditanah Rencong ini.
Adapun Nuruddin Muhammad bin Ali bin Muhammad Ar-Raniri (Ar-raniri) masuk ketanah Aceh pada masa kekuasaan sultan Iskandar muda. Tapi Pada masa itu yang berperan sebagai mufti kerajaan adalah Syamsudin As-Sumatrani, putra kelahiran Aceh, beliau adalah murid hamzah Fansuri dan mendapatkan pendidikan kesufian dari hamzah Fansuri yang diberi gelar ulama' dan berpemahaman Sufi Wujudiyah. Dikarenakan kedudukan yang disandangnya cukup strategis, maka dengan mudah ia mengembangkan paham yang dianutnya itu. Syamsudin ini bekerjasama dengan Hamzah Fansuri, seorang ulama' yang banyak mengekspresikan pemahamannya melalui keindahan kata ( prosa ).
Dan dari beberapa catatan literatur diperoleh informasi, bahwa orang-orang Indonesia dan Melayu yang study di Timur Tengah, kemudian pulang ke Nusantara dan menyebarkan ajaran tasawwuf (tarekat) masih banyak lagi. Ada beberapa nama yang perlu di sebutkan disini mengingat keterkaitannya dalam penyebaran tarekat di Indonesia yang hingga sekarang ajarannya masih berujud. Mereka adalah Abdus Shomad al Palimbani dan Muhammad Arsyad al Banjari (1710,1812 M). Nama terakhir ini termasuk yang mampu merombak wajah Kerajaan Banja di Kalimantan Selatan. Bahkan karya bukunya yang banyak dikaji di beberapa wilayah Indonesia dan Asia Tenggara, Sabil Al Muhtadiin, kini diabadikan sebagai nama masjid besar di Kota Banjar Masin.
Pendapat yang berkembang dikalangan Ahlu Tarekat, dewasa ini di Indonesia bekembang dua macam kelompok tarekat, yaitu tarekat mu'tabarah dan ghairu mu'tabarah. Beberapa kelompok yang tergolong mu'tabarah seperti; Qodariyah, Naqsyabandiyah, Tijaniyah, Syathariyah, Syadzaliyah, Khalidiyah, Samaniyah dan Alawiyah. Dari sekian banya Thariqot mu'tabarah (berdasarkan muktamar NU di pekalongan tahun 1950, dinyatakan 30 macam Thariqot yang di nilai mu'tabarah), Thariqot Naqsabandiyah- Qodariyah merupakan yang terbesar.

D.    Para Sufi Nusantara yang Mengajar Tarekat
1.      Hamzah Fansuri
Nama Hamzah fansuri di nusantara tidak asing lagi di kalangan ulama dan sarjana penyelidik keislaman. beliau adalah pengembang aliran widhatul wujud ibnu arabi.3 Berdasarkan kata fansur yang melekat pada namanya sebagian peneliti beranggapan bahwa ia berasal dari “fansur” sebutan kota Barus yang sekarang merupakan kota kecil di pantai sumatra antara sibolga (SUMUT) dan singkil (ACEH).
v  Ajaran-ajaran hamzah fansuri sebagai berikut:
wujud, menurut beliau hanyalah satu walaupun kelihatannya banyak. Dan wujud yang satu itu adalah yang berkulit dan berisi, Atau mazhar (kenyataan lahir). Wujud mempunyai tujuh martabat namun hakikatnya satu. Semua benda yang ada sebenarnya merupakan manifestasi dari yang hakiki, disebut al-haqq ta'ala. Ia menggambarkan wujud tuhan bagaikan lautan yang tak bergerak,sedangkan wujud alam semesta merupakan gelombang lautan wujud tuhan. Pengaliran dari dzat yang mutlakini diumpamakan  gerak ombak yang menimbulkan uap, asap, ombak, dan awan yang kemudian menjadidunia gejala. Itulah yang di ebut ta'ayyun dari dzat yang la ta'ayyun. Itupulalah yang di sebut tanazul. Kemudian segala sesuatu kembali lagi kepada tuhan (tarqqi), yang di gambarkan bagaikan uap, asap, awan, lalu hujan dan sungai dan kembali lagi kehutan.
2.      Nuruddin ar-raniry
Nama lengkapnya nur al-din muhammad ibn ali ibn hasanji ibn muhammad al-raniry. Berasal dari gujarat India tahun kelahirannya sampi sekarang , belum dapat diketahui. Ia adalah syekh tarekat rifa’iyyah yang didirikan oleh ahmad rifa’i. Beliau juga di katakan penerus tasawuf sunni.[3]Ia merantau ke aceh 31 mei 1637/6 muharram 1047 H. Pada masa kerajaansutan iskandar tsani, ia mengikuti jejak pamannya syekh muahammad jailani yang juga merantau.pada saat itu ia berada di aceh utk kedua kalinya, karena saat masa kerajaan sultan iskandar muda ia tak mendapatkan tempat  atau perhatian dari sultan yang berkuasa.
Pemikiran-pemikiran nuruddin ar-raniry yang di tunjukkan kepada tokoh dan penganut wujudiyah, maupun pemikirannya secara umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a.       Tentang Tuhan, masalah ketuhanan bersifat kompromis.[4] Ia berupaya menyatukan paham mutakallimin dengan paham para sufi yang di wakili ibn arabi. Ia berpendapat bahwa wujud allah dan alam esa berarti bahwa alam merupakan sisi lahiriah dari hakikatnya yang batin, yaitu allah.namun ungkapan itu pda hakikatnya bahwa alam tidak ada yang ada hanyalah wujud allah.
b.      Tentang alam. Menurutnya alam ini diciptakan allah melalui tajlli, ia menolakteori,faidh ( emanasi) al-farabi.
c.       Tentang manusia, merupakan makhluk yyang paling sempurna di dunia ini. Sebab manusia merupakan khalifah allah dibumi yang dijadikan sesai dengan citranya. Dan mazhur (tempat kenyataan asma dan sifat allahpaling lengkap dan menyeluruh)
d.      Tentang wujudiyyah. Inti ajaran wujudiyyah  Berpusat pada wahdat al-wujud yang salah diartikan,kaum wujudiyyah, dengan arti kemanunggalan Allah dengan alam. dapat membawa kekafiran. Ia berpandangan bawa jika benar than dan makhluk hakikatnya satu, maka jadilah makhluk itu addalah tuhan.
e.       Tentang hubungan syarit dan hakikat. Pemisahan antara keduanya merupakan sesuatu yang tidak benar.
Selain itu ia juga menekankan kepada umat islam agar memahami secara benar akidah islamiyah.
3.      Syekh Abdurruf As-sinkilli
Nama lengkap beliau adalah abdul rauf al-jwi alfansuri al-singkil.tahun kelahirannya tidak di ketahi pasti ada yang menyebutkan tahun kelahirannya 1024 H/1615 M.[5] Ia menerima bai’at tarekat syathariyyah. Abdurrauf adalah ulama yang berupaya mendamaikanajaran martabat alam tujuh yang dikenal di aceh sebgai paham wahdatul wujud/wujudiyyah (pantheisme) dengan paham sunnah.
Pemikiran tasawuf as-singkili dapat dilihat antara lain pad persoalan merekonsiliasi antara taswuf dan syariat. Ajaran tasawufnya mirif dengan tasawuf hamzah fansuri dengan ar-raniry yaitu menganut paham satu-satunya wujud hakiki yakni allah. Sedangakan alam ciptaanya bukanwujud hakiki tetapi bayangan dari  hakiki. Menurutnya jelaslah alam berbeda dengan allah. Beliau juga mempunyai pemikiran tentang zikir, zikir menurut pandngannya usaha melepaskn diri dari lalai dan lupa.
Ajaran tasawuf as-singkili yang lainbertalian dengan martabat perwujudan. menurutnya ada tiga martabat perwujudan. Pertama, ahadiyah atau la ta’ayyun waktu itumasih merupakan hakikat yang ghaib. Kedua,martabat wahdah atau ta’ayun awwal. Sudah tercifta hakikat muhammadiyyah sangat potensial bagi terciptanya alam. Ketiga,martabat wahdiyyah atau ta’ayyun tsanidisebut juga a’ayan al-tsabilah dan darisinilah alam tercipta.


4.      Syekh Siti jenar.
Nama asli  beliau ali hasan alias andul jalil, hidup sejaman dengan walisongo. Menurut penelitian dalhar shodiq mahasiswa UGM, ia berasal dari cirebon, jawa barat. Tahun kelahirannya sulit di lacak, kemungkinan hidup abad ke 16 M. Pemikirannya di anggap liberal,dan kontroversial, dalam ajaran tetang shalat ia berpendapat bhwa tuhan bersemayam dalam dirinya dan shalat lima waktu sehari dn zikir itu adalah suatu keputusan hati, kehendak pribadi. Syekh siti jenar menganggap alam kehidupan didunia sebagai kematian, setelah menemui ajal disebut sebagai kehidupan sejati. Konsep tuhan yang benar bagi syekh siti jenar jika bersumber dari hati yang tulus dan jujur, tuhan tidak dapat di gambarkan dengan apapun.[6]
5.      Syekh Yusuf Al-Makassari.
Ia menerima tareqat qadiriyyah dari ar-raniry,dan tarekat naqsabandiyyah dari syekh ‘abd allah al-barakat ayyub bin ahmad bin ayyub bin alkhawati al-qurasy di damaskus.
Adapun metode pendekatan hamba kepada sang penciptanya mengemukakan metode tarekat, tarekat yang disebut adalah naqsabaniyyah. Syekh yusuf berbicara tentang insaul kamil dan proses penyucian jiwa. Hamba tetap menjadi hamba walaupun nai drajatnya, dan tuhan akan tetap tuhan wlaupun dari pada Hamba. Berkenaan dengan menuju tuhan, ia membaginya kedalam tiga, pertama, tingkatan akhyar (orng-orang terbaik) yaitu dengan memperbanyak shalat,puasa, membaca alqur’an,naik haji, dan berjihad. Kedua muujahadat al-syaqa, (orang yang berjuang melawan kesulitan), latihan batin untuk melepaskan prilaku buruk,dan menyucikan pikiran dan batindan melipat gandakan amalan lahir. Ketiga, cara ahl al-dzikir, jalan bagi orang yang telah ksyaf untuk berhubungan dengan tuhan, orng-orng yang mencintai tuhan, baik lahir mupun batin.[7]
Konsep taswuf al-makassari, adalah pemurnian kepercayaan  pada tuhan. Usahanya dalam menjelaskan transendensi tuhan atas ciptaannya, ia menekankan keesaan tuhan, tidak berbatas dan mutlak. Tuhan tidak dapat diperbandingkan apapun, (laisa ka mislihi syai’), beliau mengambil konsep wahdat al syuhud ( kesatuan kesadaran atau monisme fenomonologis)


[1] Musyrifah Sunanto, 2010, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hlm. 199 dan 203
[2] as, asmaran. 2002. Pengantar studi tasawuf.  jakarta: raja pers
[3] Damanhuri Basyr, 2005, ilmu tasawuf, banda  aceh, pena. Hlm. 210
[4] Muhammad  Solihin. 2005, melacak pemikiran tasawuf di nusantara, jakarta, grafindo persada. Hlm. 57
[5] Murodi, 2006, sejarah kebudayaan islam, semarang. Hlm. 268
[6] Sri Mulyati. 2006, tasawuf nusantara  rangkaian mutiara sufi terkemuka, jakarta, kencana. Hlm. 68
[7] Muhammad Solihin. 2005, melacak pemikiran tasawuf di nusantara, jakarta, grafindo persada. Hlm. 295