A.
Pengertian
dan Orientasi Ajaran Tasawuf
Tasawuf atau
sufisme atau mistisisme dalam islam adalah kesadaran murni yang mengarahkan
jiwa secara benar kepada amal dan ibadah yang sungguh-sungguh, menjauhkan diri
dari keduniaan (zuhud) dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah untuk
mendapatkan perasaan berhubungan erat denga-Nya. Secara historis, yang pertama
kali mengemukakan ajaran tauhid secara jelas dan sistematis adalah Nabi
Ibrahim, bapak agama samawi, tiga agama di antaranya yang masih ada sampai
sekarang (terlepas ajarannya tauhid murni atau bukan), yaitu Yahudi, Kristen, dan
Islam. Ibnu Khuldun mengatakan, Ilmu Tasawuf termasuk ilmu agama yang baru
dalam Islam. Cikal bakalnya dari generasi pertama umat islam, baik dalam
kalangan sahabat, tabi’in, maupun dari generasi sesudahnya. Ia adalah jalan
kebenaran dan petunjuk.[1]
Sedangkan Kata tarekat berasal dari bahasa Arab thariqah,
jamaknya tharaiq, yang berarti: (1) jalan atau petunjuk jalan atau cara,
(2) Metode, system (al-uslub), (3) mazhab, aliran, haluan (al-mazhab), (4)
keadaan (al-halah), (5) tiang tempat berteduh, tongkat, payung (‘amud
al-mizalah).
Menurut
Al-Jurjani ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali (740-816 M), tarekat ialah metode
khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah Ta’ala melalui
tahapan-tahapan/maqamat.
Apa yang diajarkan oleh tasawuf tak lain adalah bagaimana menyembah
Tuhan dalam suatu kesadaran penuh bahwa kita berada di dekatNya, sehingga kita
“melihat-Nya” atau bahwa Ia senantiasa mengawasi kita, dan kita senantiasa berdiri
dihadapanNya (Nurcholis Madjid).
Dalam hubungan ini, Harun Nasution mengatakan, tasawuf atau
sufisme, sebagaimana halnya dengan mistisisme di luar agama islam, mempunyai
tujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga
disadari benar bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan. (mistisisme dimana
sufisme termasuk didalamnya, ialah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog
antara roh manusia dan Tuhan dengan mengasingkan diri dan berkontemplasi.
B.
Pokok-Pokok
Ajaran Tasawuf
1.
Tasawuf Akhlaki
Pandangan hidup
yang dikendalikan oleh dorongan-dorongan nafsu pribadi membuat manusia
cenderung ingin menguasai dunia yang lambat laun akan membawa manusia pada
kehancuran moral dan melupakan wujud dirinya sebagai hamba Allah yang terus
berjalan diatas aturan-aturanNya, karena waktunya dihabiskan untuk persoalan
duniawi. Nafsu adalah salah satu potensi yang diciptakan Tuhan di dalam diri
manusia agar ia dapat hidup lebih maju, penuh kreativitas, dan bersemangat.
Nafsu juga memiliki kecenderungan baik dan buruk tergantung bagaimana manusia
dapat mengontrol nafsunya. Pada tahap awal memasuki kehidupan tasawuf, seorang
murid diharuskan melakukan amalan dan latihan kerohanian yang cukup berat yang
bertujuan untuk menguasai hawa nafsu dalam rangka pembersihan jiwa untuk dapat
berada di hadirat Allah SWT.
Ada beberapa
fasae yang dibuat oleh ahli tasawuf, sebagai salah satu bnetuk usaha menyingkap
tabir yang membatasi manusia dengan Tuhan, yakni:
»
Takhalli: Berarti
membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, dan maksiat lahir batin. Takhalli
juga berarti mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan
hidup duniawi, yaitu dengan melenyapkan dorongan hawa nafsu jahat
»
Tahalli: Berarti mengisi
diri dengan sifat-sifat terpuji, dengan taat lahir dan bathin. Tahalli juga
berarti menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan sifat dan sikap
serta perbuatan yang baik, berusaha agar dalam setiap gerak perilaku selalu
berjalan diatas ketentuan agama.
»
Tajalli: Berarti
terungkapnya nur ghaib untuk hati, di pelajari tentang ma’rifat. Untuk
melestarikan dan memperdalam rasa ketuhanan, ada beberapa cara yag diajarkan
kaum sufi, antara lain adalah:
»
Munajat: Disampaikannya
keluhan, mengadukan nasib dengan untaian kata yang indah seraya memuji
keagungan Allah. Ini adalah salah satu bentuk doa yang diucapkan dengan sepenuh
hati disertai dengan deraian air mata dan denganbahasa yang puitis. Tangis
karena merasa banyak kekurangan, berarti air mata karena rindu ingin bertemu
dengan Tuhan. Munajat biasanya dilakukan di tengah keheningan malam setelah
sholat Tahajjud, agar segala ekspresinya tertuju bulat kepada Allah, yang juga
memiliki makna dan romantika yang menyentuh jiwa yang paling dalam.
»
Muraqabah dan muhasabah:
Muraqabah merupakan suatu sikap mental yang senantiasa melihat dan
memandang, baik dalam keadaan terjaga maupun tidur, baik dalam keadaan bergerak
maupun diam, baik dalam waktu lapang maupun susah, dimana pun kapanpun kita
senantiasa merasa diawasi oleh Nya. Sedangkan Muqarabah merupakan
pangkal pokok kebaikan, dan hal ini baru akan dicapai seseorang apabila telah
melakukan muhasabah (memperhitungkan) terhadap perbuatan amal sendiri.
Apabila seseorang telah melakukan introspeksi terhadap amal perbuatannya,
sehingga mengetahui kelebihan dan kekurangannya, kemudian setelah mengetahui
kekurangan yang dimilikinya, lahirlah keinginan untuk memperbaiki keadaan
dirinya dengan mengikuti kebenaran dan memperbaiki hubungan dengan Tuhannya.
Dengan demikian ingatannya selalu tertuju kepada Allah, dan Allah selalu
memperhatikannya, jadilah ia dekat dengan Allah.
»
Memperbanyak wird dan zikr: Wird
berarti bacaan-bacaan zikr, doa-doa atau amalan amalan lain yang dibiasakan
membacanya atau mengamalkannya. Biasanya dilakukan setelah sholat. Wird
juga dapat berarti shalat sunnah. Sedangkan Zikr ialah ucapan yang
dilakukan dengan lisan atau mengingat Allah dengan hati, denganucapan atau
ingatan untuk mensucikan Tuhan dan membersihkanNya dari sifat-sifat yang tidak
layak bagiNya, selanjutny amemujinya dengan pujian-pujian sifat-sifatNya yang
sempurna, sifat-sifat yang menunjukkan kebesaran dan keagunganNya.
»
Mengingat mati: Dengan ingat kepada mati,
manusia akan giat beramal dan sebaliknya, apbila manusia lupa kepada mati, maka
lupalah ia kepada akhirat sebagai tempat kembali seluruh umat manusia.
»
Taffakkur: adalah
pengertian, pemahaman, pemikiran dan perenungan, sebagai jalan untuk mnegenal
Tuhan yang dilakukan dengan menggunakan akal yang berpusat di kepala dan
dilakukan dengan hati yang berpusat di dada.
2.
Tasawuf Amali
Tasawuf amali
merupakan lanjutan dari tasawuf akhlak, karena seseorang tidak bisa dekat
dengan Tuhan sebelum ia membersihkan jiwanya. Jiwa yang bersih merupakan syarat
utama untuk bisa kembali kepada Tuhan, karena Dia suci dan menginginkan
orang-orang yang suci.
Beberapa
istilah sarana dan prasarana dalam pelaksanaan ajaran tasawuf sebagai upaya
mendekatkan diri kepada Tuhan:
»
Syari’ah artinya
undang-undang, ketentuan-ketentuan atau garis-garis yang telah ditentukan,
dimana termasuk dialamnya hukum-hukum halal dan haram, yangn disuruh dan yang
di larang, yang sunnah, yang makruh dan yang mubah
»
Tariqah memiliki dua
pengertian, yang pertama pada abad ke-9 dan ke-10 Masehi berarti
pendidikan akhlak dan jiwa bagi mereka yang menempuh hidup sufi. Kedua, pada
abad ke-11 Masehi tariqah memiliki pengertian suatu gerakan yang lengkap
untuk memberikan latihan-latihan rohani dan jasmani pada segolongan umat muslim
menurut ajaran dan keyakinan tertentu (L. Massignon).
»
Haqiqah berarti
kebenaran sejati dan mutlak sebagai akhir daris emua perjalanan, tujuan segala
jalan. Tariqah dan haqiqah tidak dapat dipisahkan, bahkan saling
behubungan.
»
Ma’rifah berarti
pengetahuan mengenai Tuhan melalui hati (qalb)
3.
Tasawuf Falsafi
Tasawuf falsafi
ialah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dengan
visi rasional, tasawuf falsafi menggunakan terminology falsafi dalam
pengungkapan ajarannya, yang berasal dari bermacam ajaran filsafat.
Ciri umum
ajaran tasawuf falsafi ialah kesamaran ajarannya, akibat banyaknya ungkapan dan
istilah khusus yang hanya bias dipahami oleh mereka yang memahami ajaran
tasawuf jenis ini. Selanjutnya tasawuf falsafi ini tidak bias dipandang sebagai
filsafat, karena ajaran dan metodenya didasrkan pada rasa, dan tidak dapat di
kategorikan sebagai tasawuf.[2]
C.
Perkembangan
Tasawuf di Indonesia
Bila
membicarakan tentang sejarah dan pemikiran tasawuf di indonesia, aceh memainkan
peran yang sangat penting. karena aceh merupakan wilayah yang tidak dapat
dipisahkan dari sejarah indonesia khususnya , umumnya dengan malaysia,
thailand, brunei darussalam, dan negara semenanjung malaya.untuk itu tentang
sejarah pemikiran tasawuf di indonesia, aceh menempati posisi pertama dan
strategis, karena nantinya akan mewarnai perkembangan tasawuf di indoensia
secara keseluruhan. Menelusuri mewabahnya aliran ini di Indonesia,
maka hal ini tidak lepas dari pada peran andil orang-orang yang melakukan study
(belajar) ke negara Timur tengah. Diantara para pelopor berkembangnya aliran
tasawuf di Indonesia, sebagaimana yang disebutkan dibeberapa literatur
diantaranya adalah : Nuruddin Ar Raniri (wafat tahun 1658 M ), Abdur Rauf As
Sinkili (1615 -1693 M ), Muhammad Yusuf Al makkasary ( 1629-1699 M ). Mereka
ini belajar di kota Makkah.
Abdurrauf
As-sinkili setelah belajar beberapa lama kemudian diangakat sebagai khalifah
Tarekat Syatariyah oleh Muhammad Al Quraisy. Dirinya kembali ke Aceh setelah
gurunya meninggal. Keberadaanya di tanah Aceh cukup dipandang oleh para
penduduk bahkan dijadikan sebagai panutan dimasyarakat, bermodal kepercayaan
yang telah diberikan masyarakat kepadanya serta kegigihan murid-muridnya, maka
dengan mudahnya ia berhasil mengembangkan ajaran Thariqot sufiyahnya dengan
perkembangan yang sangat pesat hingga paham itu tersebar sampai ke Minang kabau
( Sumatra Barat ). Salah satu murid Abdur Rouf as Sinkili yang berhasil
menyebarkan paham ini adalah Burhanuddin. Demikianlah jejak pemahaman yang
ditinggalkan oleh As Sangkili yang berkembang pesat ditanah Minang yang
terkenal dengan religiusnya itu.
As-Sinkili
meningggal dan dikuburkan di Kuala, mulut sungai Kapuas. Tempat tersebut kini
menjadi tempat ziarah yang banyak dikunjungi banyak orang.
Sedang Muhamad
Yusuf Al Makasary setelah bertemu dengan gurunya yakni Syaikh Abu Barakat Ayyub
bin Ahmad bin Ayyub Al Kholwati Al Khurosy As Syami Ad Dimasqy, kemudian diberi
otoritas untuk menjadi kholifah bagi aliran Thariqot Kholwatiyah dan diberi gelar
dengan Taj Al Kholwati ( Mahkota Kholwati ). Setelah kembali ke Aceh ia pun
mulai mengembangkan paham Kholwatiyah ditanah Rencong ini.
Adapun Nuruddin
Muhammad bin Ali bin Muhammad Ar-Raniri (Ar-raniri) masuk ketanah Aceh pada
masa kekuasaan sultan Iskandar muda. Tapi Pada masa itu yang berperan sebagai
mufti kerajaan adalah Syamsudin As-Sumatrani, putra kelahiran Aceh, beliau
adalah murid hamzah Fansuri dan mendapatkan pendidikan kesufian dari hamzah
Fansuri yang diberi gelar ulama' dan berpemahaman Sufi Wujudiyah. Dikarenakan
kedudukan yang disandangnya cukup strategis, maka dengan mudah ia mengembangkan
paham yang dianutnya itu. Syamsudin ini bekerjasama dengan Hamzah Fansuri,
seorang ulama' yang banyak mengekspresikan pemahamannya melalui keindahan kata
( prosa ).
Dan dari
beberapa catatan literatur diperoleh informasi, bahwa orang-orang Indonesia dan
Melayu yang study di Timur Tengah, kemudian pulang ke Nusantara dan menyebarkan
ajaran tasawwuf (tarekat) masih banyak lagi. Ada beberapa nama yang perlu di
sebutkan disini mengingat keterkaitannya dalam penyebaran tarekat di Indonesia
yang hingga sekarang ajarannya masih berujud. Mereka adalah Abdus Shomad al
Palimbani dan Muhammad Arsyad al Banjari (1710,1812 M). Nama terakhir ini
termasuk yang mampu merombak wajah Kerajaan Banja di Kalimantan Selatan. Bahkan
karya bukunya yang banyak dikaji di beberapa wilayah Indonesia dan Asia
Tenggara, Sabil Al Muhtadiin, kini diabadikan sebagai nama masjid besar di Kota
Banjar Masin.
Pendapat yang
berkembang dikalangan Ahlu Tarekat, dewasa ini di Indonesia bekembang dua macam
kelompok tarekat, yaitu tarekat mu'tabarah dan ghairu mu'tabarah. Beberapa
kelompok yang tergolong mu'tabarah seperti; Qodariyah, Naqsyabandiyah,
Tijaniyah, Syathariyah, Syadzaliyah, Khalidiyah, Samaniyah dan Alawiyah. Dari
sekian banya Thariqot mu'tabarah (berdasarkan muktamar NU di pekalongan tahun
1950, dinyatakan 30 macam Thariqot yang di nilai mu'tabarah), Thariqot
Naqsabandiyah- Qodariyah merupakan yang terbesar.
D.
Para Sufi Nusantara yang Mengajar Tarekat
1.
Hamzah Fansuri
Nama Hamzah fansuri di nusantara
tidak asing lagi di kalangan ulama dan sarjana penyelidik keislaman. beliau
adalah pengembang aliran widhatul wujud ibnu arabi.3 Berdasarkan
kata fansur yang melekat pada namanya sebagian peneliti beranggapan bahwa ia
berasal dari “fansur” sebutan kota Barus yang sekarang merupakan kota kecil di
pantai sumatra antara sibolga (SUMUT) dan singkil (ACEH).
v Ajaran-ajaran hamzah fansuri sebagai
berikut:
wujud, menurut beliau hanyalah satu
walaupun kelihatannya banyak. Dan wujud yang satu itu adalah yang berkulit dan
berisi, Atau mazhar (kenyataan lahir). Wujud mempunyai tujuh martabat namun
hakikatnya satu. Semua benda yang ada sebenarnya merupakan manifestasi dari
yang hakiki, disebut al-haqq ta'ala. Ia menggambarkan wujud tuhan bagaikan
lautan yang tak bergerak,sedangkan wujud alam semesta merupakan gelombang
lautan wujud tuhan. Pengaliran dari dzat yang mutlakini diumpamakan gerak
ombak yang menimbulkan uap, asap, ombak, dan awan yang kemudian menjadidunia
gejala. Itulah yang di ebut ta'ayyun dari dzat yang la ta'ayyun. Itupulalah
yang di sebut tanazul. Kemudian segala sesuatu kembali lagi kepada tuhan
(tarqqi), yang di gambarkan bagaikan uap, asap, awan, lalu hujan dan sungai dan
kembali lagi kehutan.
2.
Nuruddin ar-raniry
Nama lengkapnya nur al-din muhammad
ibn ali ibn hasanji ibn muhammad al-raniry. Berasal dari gujarat India tahun
kelahirannya sampi sekarang , belum dapat diketahui. Ia adalah syekh tarekat
rifa’iyyah yang didirikan oleh ahmad rifa’i. Beliau juga di katakan penerus
tasawuf sunni.[3]Ia
merantau ke aceh 31 mei 1637/6 muharram 1047 H. Pada masa kerajaansutan
iskandar tsani, ia mengikuti jejak pamannya syekh muahammad jailani yang juga
merantau.pada saat itu ia berada di aceh utk kedua kalinya, karena saat masa
kerajaan sultan iskandar muda ia tak mendapatkan tempat atau perhatian
dari sultan yang berkuasa.
Pemikiran-pemikiran nuruddin
ar-raniry yang di tunjukkan kepada tokoh dan penganut wujudiyah, maupun
pemikirannya secara umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a.
Tentang Tuhan, masalah ketuhanan bersifat
kompromis.[4] Ia berupaya menyatukan
paham mutakallimin dengan paham para sufi yang di wakili ibn arabi. Ia
berpendapat bahwa wujud allah dan alam esa berarti bahwa alam merupakan sisi
lahiriah dari hakikatnya yang batin, yaitu allah.namun ungkapan itu pda
hakikatnya bahwa alam tidak ada yang ada hanyalah wujud allah.
b.
Tentang alam. Menurutnya alam ini diciptakan
allah melalui tajlli, ia menolakteori,faidh ( emanasi) al-farabi.
c.
Tentang manusia, merupakan makhluk yyang paling
sempurna di dunia ini. Sebab manusia merupakan khalifah allah dibumi yang
dijadikan sesai dengan citranya. Dan mazhur (tempat kenyataan asma dan sifat
allahpaling lengkap dan menyeluruh)
d.
Tentang wujudiyyah. Inti ajaran
wujudiyyah Berpusat pada wahdat al-wujud yang salah diartikan,kaum
wujudiyyah, dengan arti kemanunggalan Allah dengan alam. dapat membawa
kekafiran. Ia berpandangan bawa jika benar than dan makhluk hakikatnya satu,
maka jadilah makhluk itu addalah tuhan.
e.
Tentang hubungan syarit dan hakikat. Pemisahan
antara keduanya merupakan sesuatu yang tidak benar.
Selain itu ia juga menekankan kepada umat islam agar memahami
secara benar akidah islamiyah.
3.
Syekh Abdurruf As-sinkilli
Nama lengkap beliau adalah abdul
rauf al-jwi alfansuri al-singkil.tahun kelahirannya tidak di ketahi pasti ada
yang menyebutkan tahun kelahirannya 1024 H/1615 M.[5] Ia menerima bai’at tarekat
syathariyyah. Abdurrauf adalah ulama yang berupaya mendamaikanajaran martabat
alam tujuh yang dikenal di aceh sebgai paham wahdatul wujud/wujudiyyah
(pantheisme) dengan paham sunnah.
Pemikiran tasawuf as-singkili dapat
dilihat antara lain pad persoalan merekonsiliasi antara taswuf dan syariat.
Ajaran tasawufnya mirif dengan tasawuf hamzah fansuri dengan ar-raniry yaitu
menganut paham satu-satunya wujud hakiki yakni allah. Sedangakan alam ciptaanya
bukanwujud hakiki tetapi bayangan dari hakiki. Menurutnya jelaslah alam
berbeda dengan allah. Beliau juga mempunyai pemikiran tentang zikir, zikir menurut
pandngannya usaha melepaskn diri dari lalai dan lupa.
Ajaran tasawuf as-singkili yang
lainbertalian dengan martabat perwujudan. menurutnya ada tiga martabat
perwujudan. Pertama, ahadiyah atau la ta’ayyun waktu itumasih merupakan hakikat
yang ghaib. Kedua,martabat wahdah atau ta’ayun awwal. Sudah tercifta hakikat
muhammadiyyah sangat potensial bagi terciptanya alam. Ketiga,martabat wahdiyyah
atau ta’ayyun tsanidisebut juga a’ayan al-tsabilah dan darisinilah alam
tercipta.
4.
Syekh Siti jenar.
Nama asli beliau ali hasan
alias andul jalil, hidup sejaman dengan walisongo. Menurut penelitian dalhar
shodiq mahasiswa UGM, ia berasal dari cirebon, jawa barat. Tahun kelahirannya
sulit di lacak, kemungkinan hidup abad ke 16 M. Pemikirannya di anggap
liberal,dan kontroversial, dalam ajaran tetang shalat ia berpendapat bhwa tuhan
bersemayam dalam dirinya dan shalat lima waktu sehari dn zikir itu adalah suatu
keputusan hati, kehendak pribadi. Syekh siti jenar menganggap alam kehidupan
didunia sebagai kematian, setelah menemui ajal disebut sebagai kehidupan
sejati. Konsep tuhan yang benar bagi syekh siti jenar jika bersumber dari hati
yang tulus dan jujur, tuhan tidak dapat di gambarkan dengan apapun.[6]
5.
Syekh Yusuf Al-Makassari.
Ia menerima tareqat qadiriyyah dari
ar-raniry,dan tarekat naqsabandiyyah dari syekh ‘abd allah al-barakat ayyub bin
ahmad bin ayyub bin alkhawati al-qurasy di damaskus.
Adapun metode pendekatan hamba
kepada sang penciptanya mengemukakan metode tarekat, tarekat yang disebut
adalah naqsabaniyyah. Syekh yusuf berbicara tentang insaul kamil dan proses
penyucian jiwa. Hamba tetap menjadi hamba walaupun nai drajatnya, dan tuhan
akan tetap tuhan wlaupun dari pada Hamba. Berkenaan dengan menuju tuhan, ia
membaginya kedalam tiga, pertama, tingkatan akhyar (orng-orang terbaik) yaitu
dengan memperbanyak shalat,puasa, membaca alqur’an,naik haji, dan berjihad.
Kedua muujahadat al-syaqa, (orang yang berjuang melawan kesulitan), latihan
batin untuk melepaskan prilaku buruk,dan menyucikan pikiran dan batindan
melipat gandakan amalan lahir. Ketiga, cara ahl al-dzikir, jalan bagi orang
yang telah ksyaf untuk berhubungan dengan tuhan, orng-orng yang mencintai
tuhan, baik lahir mupun batin.[7]
Konsep taswuf al-makassari, adalah
pemurnian kepercayaan pada tuhan. Usahanya dalam menjelaskan transendensi
tuhan atas ciptaannya, ia menekankan keesaan tuhan, tidak berbatas dan mutlak.
Tuhan tidak dapat diperbandingkan apapun, (laisa ka mislihi syai’), beliau
mengambil konsep wahdat al syuhud ( kesatuan kesadaran atau monisme
fenomonologis)
[1]
Musyrifah Sunanto, 2010, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, hlm. 199 dan 203
[2] as,
asmaran. 2002. Pengantar studi tasawuf. jakarta: raja pers
[3] Damanhuri Basyr, 2005, ilmu tasawuf, banda aceh, pena. Hlm. 210
[4] Muhammad Solihin.
2005, melacak pemikiran tasawuf di nusantara, jakarta, grafindo persada.
Hlm. 57
[5] Murodi, 2006, sejarah kebudayaan islam, semarang.
Hlm. 268
[6] Sri Mulyati. 2006, tasawuf
nusantara rangkaian mutiara sufi
terkemuka, jakarta, kencana. Hlm.
68
[7] Muhammad Solihin. 2005, melacak pemikiran tasawuf di
nusantara, jakarta, grafindo persada. Hlm. 295
makasih sob!
BalasHapuswww.sigli-net.blogspot.com