ASSALAMU'ALAIKUM. WR.WB

SELAMAT DATANG DI BLOGGER SITI ZUBAIDAH, SEMOGA BISA MENJADI BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA. AMIN......
SALAM SEJAHTERAH DAN SELALU SEMANGAT UNTUK MENYONGSONG MASA DEPAN YANG DI IMPIKAN................

Kamis, 03 Mei 2012

PERKEMBANGAN POLITIK ISLAM INDONESIA


Masalah politik adalah segala sesuatu yang berubungan dengan kekuasaan , pemerintahan, lembaga-lembaga dan proses politik, hubungan internasional, dan tata pemerintahan.[1]
1.      Politik Islam Masa Penjajahan
a.       Masa Penjajahan Belanda
Pada tahun 1755 VOC berhasil menjadi pemegang hegemoni politik pulau Jawa dengan perjanjian Giyanti, karena itu raja Jawa kehilangan kekuasaan politiknya. Bahkan kewibawaan raja sangat tergantung kepada VOC. Rakyat kehilangan kepemimpinan, sementara penguasaan kolonial sangan menghimpit kehidupan mereka. Rakyat ketakutan dan kesulitan menghadapi penindasan yang terjadi sampai abad ke-14. Dalam kondisi seperti ini rakyat mencari pemimpin yang nonformal (para ulama’ dan kiai atau bangsawan) yang masih memerhatikan mereka.
Keresahan dan penderitaan rakyat akibat kondisi itu mendorong para kiai, ulama;, atau haji untuk menghimpun rakyat tampil sebagai pemimpin dengan cara menghubungi beberapa pesantren. Melalui khutbah-khutbahnya mereka membantu rakyat melepaskan diri dari tindakan pemerasan Belanda dengan melakukan perang jihad.
Di kalangan rakyat, makin berkuasanya kolonial dirasakan sangat berat karena terjadi eksploitasi hasil bumi rakyat untuk kepentingan VOC. Dalam kondisi seperti itu rakyat bergabung kepada pemimpin nonormal yang menggalang rakyat untuk melawan dan berjuang atas nama agama. Terjadilah perang Padri (1821-1837), dipelopori Imam Bonjol dibantu dengan delapan ulama; yang bergelar Harimau nan Salapan, perang aceh (1873-1904) dipimpin Panglima Polim yang didukung oleh para ulama, haji, dan muslim Aceh.[2]
b.      Masa Penjajahan Jepang
Tahun 1938-1945 terjadi perang dunia II antara Jerman, Itali, dan Jepang berhadapan dengan sekutu yang terdiri dari Inggris, Prancis, Rusia dan ditambah Amerika. Front Pasifik meletus tanggal 8 Desember 1941 ketika Amerika Serikat membuka Front baru menghadapi Jepang yang menjatuhkan bom di Pearl Harbour, sebuah pangkalan Amerika. Hindia Belanda (Nusantara) dibawah jajahan Belanda melalui pidato Ratu Wilhelmina mengumumkan perang kepada Jepang.
Jepang ingin menghilangkan kebangsaan Indonesia menjadi Nippon. Untuk mempercepat usaha itusegala cara ditempuh, yaitu dengan cara sebagai berikut:
1)      Membersihkan kebudayaan barat, kebudayaan Islam diganti dengan kebudayaan Jepang.
2)      Mengubah sistem pendidikan
3)      Membentuk barisan pemuda
4)      Memobilisasi pemimpin Islam
5)      Membentuk organisasi Islam
Tindakan Jepang yang kejam ternyata ada segi positifnya bagi Muslimin Indonesia. Tindakan-tindakan yang bernilai positif itu diantara lain sebagai berikut:
1)      Mendamaikan antara kaum “maju” (pembaru) dengan kaum bertahan (tradisionalis)
2)      Memberi kesempatan kepada ulama untuk mengalami pendidikan politik dengan menjadi pemimpin suatu organisasi besar yang menyeluruh yang didukung oleh berbagai macam aliran, telah memberikan pengalaman baru bagi para ulama
3)      Memberi kesempatan kepada ulama untuk menjadi administratur
4)      Mempersatukan sistem pendidikan
5)      Memberikan latihan dan keterampilan kepada pemuda-pemuda serta mempersiapkan diri menjadi kader-kader bangsa
6)      Mempersatukan bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional
7)      Membentuk organisasi Masyumi dan Hisbullah yang menjadi salah satu cikal bakal TNI
8)      Mendirikan sekolah tinggi Islam

2.      Politik Islam Masa Kemerdekaan
a.       Masa Revolusi
Keadaan perang Asia Timur berkembang sangat cepat. Rusia menyusul pengumuman perang kepada Jepang, sehingga Jepang mengalami Kekalahan demi kekalahan. Dalam pertemuan dengan Terauchi itu Soekarno, Hatta, dan Dr. Radjiman mendapat jaminan bahwa kemerdekaan Indonesia tidak menjadi masalah lagi, waktunya terserah mereka. Jepang akan membantu kapan saja Indonesia siap.
Dengan dibacakannya Proklamasi berarti Indonesia telah merdeka. Proklamasi mendapat dukungan massa rakyat dari segala lapisan, tetapi negara-negar besar  pemenang perang dunia II (Amerika Serikat dan Inggris) justru mengakui kedaulatan Belanda. Proklamasi lahir saat kekuatan militer jepang masih nyata, maka tindakan yang kadang-kadang spontan, seketika dan revolusioner sering menimbulkan keguncangan.
Ada beberapa pola peristiwa yang saling berkaitan yang perlu dibedakan, yaitu sebagai berikut:
1)      Ada tindakan kehati-hatian untuk mendapatkan format politik dan struktur pemerintahan yang sesuai dengan kebutuhan revolusi serta cocok untuk menghadapi kemungkinan terjadinya perang kemerdekaan
2)      Ada berbagai corak tindakan revolusioner dari para pemuda dan rakyat
3)      Pemuda yang membentuk barisan perjuangan dan menyaberkan berita serta pesan proklamasi
4)      Pemuda yang melakukan pengambilalihan kantor-kantor pemerintah, sehingga berbagai peristiwa yang disebut Hatta “perang bendera”  terjadi dimana-mana
5)      Pemuda berusaha mendapatkan senjata Jepang
Para pemikir Islam menyatakan bahwa memangul senjata melawan penjajah untuk membela negara merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari agama. Sikam mereka itu menentukan perjuangan masa revolusi.
b.      Masa Mempertahankan Kemerdekaan
Dengan keterbatasan alat komunikasi dan transportasi, proklamasi kemerdekaan tidak dapat diketahui serentak diseluruh wilayah Indonesia. Namun proklamasi beransur-ansur sampai kepada rakyat di daerah mulai dari kota ke desa-desa sekitar. Sekalipun tanpa komando, proklamasi kemerdekaan disambut gegap-gempita. Sebagai penduduk kota, terutama para pemuda dan pemimpin-pemimpinnya, mengetahui apa yang harus dikerjakan, yaitu mempertahankan proklamasi yang kadang-kadang muncul dengan caranya sendiri-sendiri.

3.      Politik Islam Masa Orde Lama
Sejak masa Demokrasi terpimpin, Indonesia mengalami masa yang disebut orde lama. Dengan diperlakukannya Demokrasi Terpimpin berarti peranan partai dihapus, namun Soekarno jalan terus. Oleh karena itu, M. Hatta menyatakan mengundurkan diri dari jabatannya pada tanggal 1 Desember 1956. Situasi politik sejak saat itu semakin kacau, terutama masyarakat di luar jawa. Simpati kepada Hatta cenderung menjadi sikap anti kepada pemerintah pusat Jakarta.
Pada tanggal 5 Juli 1958 Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden RI/PanglimaTertinggi Angkatan perang. Isi Dekrit adalah:
a.       Pembubaran Majelis Konstituante
b.      Kembali ke UUD 1945 dan mencabut UUD sementara
c.       Membentuk majelis Premusyawaratan Rakyat Sementara yang terdiri dari anggota DPR ditambah utusan daerah dan golongan serta pembentukan Dewan Pertimbangan Aguang sementara
Pada masa Demokrasi terpimpin, masyumi dan PSII dibubarkan. Akan tetapi masih ada wakil umat Islam di parlemen, yaitu NU. Mimpi Soekarno tentang Indonesia yang damai dan tenteram dalam sistem demokrasi telah bubar. Tahun 1966,  aksi pemuda, mahasiswa dan pelajar bersama ABRI berhasil menurunkan Soekarno dan membubarkan PKI serta melarang semua ajaran komunis Indonesia. Ini membuktikan bahwa demokrasi terpimpin tidak pas untuk Indonesia.

4.      Politik Islam Masa Orde Baru
Pada masa orde baru, umat Islam berhasil menggalang pesatuan. Orde baru mengalami banyak perubahan. Restrukturisasi politik, dilakukan tidak hanya dalam penyederhanaan partai politik tetapi juga dalam bentuk penyadaran pentingnya persatuan.
Menjelang diperlakukannya asas tunggal, semua umat Islam banyak yang cemas karena UU No. 8/1985 mewajibkan semua ormas mencantumkan asas lain sebagai ciri khas atau idetitas sendiri. Setelah asas tunggal diterima oleh umat Islam. Umat Islam mulai berjuang untuk berbagai masalah. Pada awal-awal masa orde barupemerintah mengumumkan monopoli pengelolaan perjalanan haji Indonesia. Hasil ini tidak masalah karena sebelumnya pengelolaan haji memang memerlukan penanganan yang lebih rapi.
Semua kemajuan umat Islam pada masa orde baru ini sebenarnya adalah sesuatu yang diluar kemampuan pengawasan Soeharto dan aparatnya. Sebab Soeharto dengan kekuatan ABRI-nya sebenarnya merekayasa segala macam cara, bahkan dengan kekerasan sehingga berkuasan selama 32 tahun. Dan pada tanggal 21 Mei 1998 Soeharto resmi mengundurkan diri dan melatik Habibie, yang merupakan Wakil Presiden waktu itu, menjadi Presiden RI.

5.      Politik Islam Masa Reformasi
Jatuhnya pemerintahan Orde Baru yang otoriter dan korup membawa harapan munculnya pemerintahan pasca Orde Baru yang demikratis. Hal ini tercemin dari kebebasan mendirikan partai politik tercatat pada 48 partai baru yang mengikuti pemilu 1999, termasuk didalamnya partai-partai Islam. Keadaan ini juga memengaruhi ulama untuk kembali aktif di dunia politik dengan terjun langsung untuk memenangkan partai tertentu sesuai dengan posisinya.
Kehadiran ulama dalam politik seharusnya berdampak positif, dalam pengertian memberikan sumbangan bagi terciptanya banguanan struktur politik yang bermoral, karena ulama adalah simbol moral. Namun, ketika ulama itu terpolarisasi sedemikian rupa, sehingga sering antara seorang ulama dengan ulama lain sering berhadapan dengan membela partainya masing-masing. Kondisi ini akan menimbulkan perpecahan dan dampaknya membingungkan rakyat, paling tidak akan memperlemah kekuatan umat Islam sendiri yang akhirnya sering dimanfaatkan oleh golongan (partai) lain.


[1] Hasan Shadily, 1984, Ensiklopedi Indonesia, jakarta: Ichtiar-van Hoeve, hlm. 2739
[2] Taufik Abdullah, (Ed.), 1991, Sejarah Masuk dan Perkembangan Islam Di Indonesia, Majlis Ulama Indonesia, hlm. 139

Tidak ada komentar:

Posting Komentar