ASSALAMU'ALAIKUM. WR.WB

SELAMAT DATANG DI BLOGGER SITI ZUBAIDAH, SEMOGA BISA MENJADI BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA. AMIN......
SALAM SEJAHTERAH DAN SELALU SEMANGAT UNTUK MENYONGSONG MASA DEPAN YANG DI IMPIKAN................

Senin, 26 Desember 2011

(ARTIKEL PERTAMA) TAMAN PENDIDIKAN ALQURAN

Taman Pendidikan Al-Qur'an pada hari ini berperan sebagai ujung tombak pendidikan Islam bagi anak usia dini. Sebagai pendidikan extra yang bersifat penting, kondisi TPA yg tersebar di Indonesia bisa dibilang memprihatinkan, dalam manajemen maupun para pandidik yg bertugas, mayoritas tidak terawat.
Dalam pendidikan Al-Qur’an ada pergeseran yang menarik dalam soal mempelajari Al-Qur’an seperi halnya dalam metode pengajarannya d kampung-kampung masih belum bisa menerima metode baru sedangkan di perkotaan banyak sekali yang mempelajari Al-Qur’an dengan memakai motode yang modern sehingga perkembangan pendidikan Al-Qur’an di perkotaan semakin berkembang dan malah sebaliknya di kampung-kampung malah merosot karena tidak bisa menerima hal-hal yang baru dalam mempelajari pendidikan Al-Qur’an yang biasa dibuat tartilan saja. 
Keberadaan TPA benar-benar strategis sebagai benteng iman dan akhlak anak sejak dini, karena yang digarap adalah anak-anak dalam periode emas. Perkembangan kecerdasan dan rasa berdasarkan kajian neurologi terjadi pada saat bayi lahir. Pada saat itu otak bayi mengandung kira-kira 100 milyar neuron yang siap mengadakan sambungan antarsel. Selama satu tahun pertama otak bayi berkembang sangat pesat dan menghasilkan bertrilyun-triltun sambungan antarneuron yang banyaknya melebihi kebutuhan. Sambungan itu harus diperkuat melaui rangsangan psikososial, sebab sambungan yang tidak diperkuat akan mengalami atrofi (penyusutan) dan musnah. Inilah yang pada akhirnya mempengaruhi kecerdasan anak.
Pada prakteknya, di TPA para pendidiknya berasal dari santri-santri pesantren yang notabene mereka belajar mengaji, bukan untuk belajar mendidik. Dengan menerapkan try and error, tidak sedikit dari mereka yang tidak siap dengan kondisi psikologi siswa. Hal ini dikarenakan manajemen TPA yang kurang terkonsep, sehingga terkadang terdapat pencampuran antara siswa TK dan SD/MI. Selain itu kurangnya minat pengajar yang kompeten untuk terjun dalam bidang TPA. Padahal dalam TPA tidak hanya dididik untuk hanya bisa membaca Al Quran, namun juga mencoba untuk menanamkan moral-moral islami, membentuk karakter dan psikologi siswa dan juga mencoba untuk mereview pendidikan umum. 
Di sinilah makna strategis gerakan TPA dalam menyiapkan SDM berkualitas demi kepentingan umat dan bangsa. Kecerdasan otak yang tidak diimbangi kecerdasan emosional, kecerdasan kreatif, kecerdasan sosial dan spiritual hanya akan menjadikan manusia mesin yang tak berjiwa.

(ARTIKEL KETIGA) PEMAHAMAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI GURU


Guru dalam menjalankan perannya sebagai pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Di sinilah arti penting Psikologi Pendidikan bagi guru. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik, afektif dan psikomotorik. Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik” karena dengan pengetahuan psikologi seorang guru dan calon guru akan mengetahui berbagai karakteristik yang berbedah-bedah dalam setiap peserta didik bak dalam sifat, sikap maupun segala gerak geriknya peserta didik tersebut.
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan–pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat:
1.      Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
2.      Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
3.      Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
4.      Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
5.      Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
6.      Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
7.      Menilai hasil pembelajaran yang adil.
Dengan demikian banyak teori-teori yang menjelaskan tentang berbagai pembelajaran seperti hanya teori pembelajaran behaviorisme yang berpendapat bahwa perilaku terbentuk melelui perkaiatan antara rangsangan (stimulus) dengan tindak balas (respon). Perubahan perilaku lebih banyak karena pengaruh lingkungan. Teori behaviorisme dibedakan antara teori pelaziman klasik dan teori pelaziman operan. Teori pelaziman klasik dipelopori oleh Ivan Pavlov, konsep atau prisip pembelajaran yaitu:
1.      Excitation (pergetaran) yaitu suatu rangsangan tak terazim atau alami dapat membangkitkanreaksi sel-sel tertentu, sehingga dapat menghasilkan tindak balas.
2.      Irradiaton (penularan) yaitu terjadi reaksi dari sel-sel lain yang berbeda di sekitar kawasann sl-sel yang bekenan debgan rangasangan tak terlazim.
3.      Stimulus generalization (generalisasi rangsangan) yaitu keadaan dimana individu memberika tindak balas yang sama terhadap ranggsangan tertentuu yang memiliki kesamaan walaupun tidak serupa.
4.      Extintion (penghapuan) yaitu suatu tidak balas akan hilang secarra perlahan-lahan apabila makin berkurangnya keterkaitann dengan rangsangan tak terlazim.
Teori pelaziman operan yang tokohnya yaitu Throndike, pada dasarnya poses pembelajaran merupakan pembinaan hubungan antara rangsangan tertentu dengan perilaku tertentu. Semua pembelajaran dilakukan melalui suatu prroses coba-salah (trial and error). Ada tiga hukum pembelajaran yaitu hukum hasil (law of effect) menyatakan bahwa hubungan antara rangsangan dan perilaku akan makin kukuh apabila ada kepuasan, dan akan makin diperlemah apabila terjadi ketidakpuasaan, hukum latihan (law of exercise) menyatakan suatu rangsangan dan perilaku akan makin kukuh apabila sering dilakukan latihan, dan hukum kesiapan (law of readiness) menyatakan bahwa hubungan rangsangan dan perilaku akan semakin kukuh apabila disertai dengan kesiapan individu.

(ARTIKEL KEDUA) WAJIB BELAJAR DUA BELAS TAHUN


Ranah pendidikan sekarang ini, marak dijadikan motif untuk meminta belas kasihan. Sering kita jumpai di atm, di warnet maupun di tempat makan, seorang orang tua maupun anak kecil membagikan amplop dengan tulisan 'mohon belas kasihanya mas, buat beli alat2 sekolah'. Lambat laun, praktik penipuan ini semakin berkembang, dengan adanya 'akting' seoarng bocah yang umurnya kurang dari 10 tahun bercerita tentang kesusahan hidupnya. Model pendidikan yang diwariskan oleh orang tuanya, diimprovisasi oleh sang bocah, sehingga bisa menimbulkan rasa belas asih korbanya. Beginakah model masa depan pendidikan Indonesia? siapkah mereka, kita atau pun pemerintah untuk mesukseskan program wajib belajar 12 tahun?
Kondisi ideal dalam bidang pendidikan di Indonesia adalah tiap anak bisa sekolah minimal hingga tingkat SMA tanpa membedakan status karena itulah hak mereka. Namun hal tersebut sangat sulit untuk direalisasikan pada saat ini. Oleh karena itu, setidaknya setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mengenyam dunia pendidikan. Jika mencermati permasalahan di atas, terjadi sebuah ketidakadilan antara si kaya dan si miskin. Seakan-akan sekolah hanya milik orang kaya saja sehingga orang yang kekurangan (miskin) merasa minder untuk bersekolah dan bergaul dengan mereka. Ditambah lagi publikasi dari sekolah mengenai beasiswa sangatlah minim.
Maka dari itu Pemerintah mulai merintis program Wajib Belajar 12 Tahun pada 2012 dengan merintis pemberian Bantuan Operasional Siswa SMA (BOS SMA). Dirjen Pendidikan Menengah (Dikmen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hamid Muhammad mengatakan, dengan anggaran pendidikan yang sudah diketok oleh DPR pekan lalu sekitar Rp290 Triliun maka sudah dapat diketahui bahwa DPR juga menyetujui untuk program BOS SMA tersebut.
Hamid menjelaskan bahwa, total siswa yang akan mendapatkan BOS SMA ini mencapai 8 juta anak dengan unit cost Rp120.000 pertahun. Dirinya menyatakan, BOS tersebut digunakan untuk membebaskan anak SMA dan SMK yang tidak mampu membayar uang bayaran. “Yang selama ini menunggak uang bayaran atau disuruh pulang karena tidak bayar akan terselamatkan dengan BOS ini. Plt Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal (PAUDNI) Kemendikbud ini menerangkan, Penyaluran dana ini melalui dana dekonsentrasi atau dari kas negara langsung ke kas provinsi. Nantinya pemerintah provinsi yang akan menyalurkan ke masing-masing rekening sekolah. 

Jumat, 23 Desember 2011

LAPORAN KUNJUNGAN

A.   A.    Alun-Alun Malang
Alun-alun Malang adalah pusat keramaian di kota Malang. Dahulu merupakan representasi dari sistem tatakota macapat peninggalan para wali sembilan yaitu sebuah tanah lapang milik kota yang di kelilingi oleh penjara (sekarang ramayana), pusat pemerintahan (kantor kabupaten), pasar / bisnis, dan ibadah (Masjid dan Gereja).
Alun-alun merupakan cerminan identitas suatu kota, sehingga tidak segan-segan pemerintah daerah mengeluarkan dana yang cukup besar untuk mempercantik wajah alun-alun sedemikian rupa agar kelihatan indah dan mampu menarik pengunjung. Sehingga tidak jarang pemerintah daerah menjadikan alun-alun sebagai icon kota atau daerah yang patut dibanggakan. Simbol daerah bisanya juga dipasang disana, Kota Batu misalnya menampilkan monument buah apel sebagai simbol kota begitu juga dengan kota-kota lainnya termasuk kota Malang.
Penataan alun-alun bisa dikatakan mempunyai konsep yang hampir sama. Air mancur adalah bagian yang utama yang tidak bisa dihilangkan dari bagian alun-alun, disamping penataan taman dan fasilitas lainnya sebagai penunjang. Di Kota Malang memiliki dua alun-alun yaitu alun-alun jami’ (terletak didepan Masjid jami’ Malang) dan Alun-alun bunder yang berada di depan balai Kota Malang. Tetapi umumnya yang menjadi persinggahan wisata adalah alun-alun Jami’ meskipun tidak sedikit juga yang berkunjung ke alun-alun Bunder. Bersama keluarga atau rombongan pengunjung dari luar kota memanfaatkan alun-alun sebagai tempat persinggahan sekaligus melepas rasa penat setelah seharian berkeliling ke tempat wisata.
B.     Radar Malang
Radar Malang didirikan pada bulan Agustus tahun 1999 dengan slogan “Mengawal reformasi dan otonomi daerah”. Radar Malang berdiri di bawah naungan usaha PT Malang Intermedia Pers. Radar Malang terdiri dari tiga divisi kerja, antara lain : Divisi Redaksi, Divisi Iklan dan Divisi Pemasaran. Di luar divisi tersebut, Radar Malang telah memiliki tim event organizer (EO) berwenang menggarap beragam kegiatan off print Radar Malang yang bekerja sama dengan mitra kerja.
Radar Malang merupakan suplemen yang dimasukkan ke dalam eksemplar Jawa Pos yang dijual di daerah Malang. Radar Malang beroperasi dari biro Jawa Pos yang berada di Malang. Radar Malang, seperti ke-23 Radar lain yang diterbitkan oleh Jawa Pos di daerah-daerah tertentu, merupakan salah satu strategi untuk melokalisasi surat kabar Jawa Pos di daerah penjualan.
Tempat yang strategis dan menjamin kualitas merupakan langkah awal dalam menentukan kemajuan percetakan jawa pos yang yang terletak di jalan raya kepanjen malang Tak heran jika para karyawan sangat kreatif dalam mencetak koran yang akan di terbitkan di pagi harinya. Karyawan tersebut sangat jelih dalam mengkoreksi baik buruknya percetakan tersebut.
Tidak heran jika percetakan surat kabar jawa pos Malang sangat pesat perkembangannya karena karyawan yang bekerja di tempat tersebut menpunyai tugasnya sendiri-sendiri, ada yang ditugaskan di daerah perkotaan, pedesaan, bahkan di luar negri. Dalam menjadi wartawan juga terdapat kode etiknya, antara lain:
1.      Wajib melindungi nara sumber sampai mati yang tidak mau diekspos
2.      Wajib melindungi anak untuk yang masih di bawah umur
3.      Terhadap korban asusila
4.      Tidak boleh menulis yang tidak berimbang
5.      Tidak boleh copy paste dalam menulis berita.
C.    Malang Post
Malang Post adalah koran lokal Malang yang mulai terbit pada tanggal 1 Agustus 1998 Sejak pertama terbit, koran ini menempatkan diri sebagai koran dengan muatan lokal yang lebih banyak. Malang Post memuat berita lokal Malang Raya (yaitu Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu) sebagai sajian utama. Saat ini redaksi dipimpin oleh Husnun N. Djuraid.
Berita yang ditampilkan di antaranya adalah politik lokal, masalah sosial, pendidikan, dan olahraga. Berita olah raga mendapat porsi yang cukup besar, terutama soal Arema dan Persema, dua tim sepak bola asal Malang yang berada di Liga Super Indonesia.
Malang post  merupakan hal yang jarang digunakan sehingga perkuliahan disana tidak-lah mudah untuk menjalankannya kecuali dalam perkuliahan jurnalistik yang bertujuan untuk memberikan informasi-informasi tentang Malang post jadi perkuliahan disana sangat memeberikan pengalaman karena tidak semua mahasiswa bisa melaksanakan perkuliahan disana dengan mudah tanpa perizinan yang jelas. Mendapatkan pelajaran di malang post merupakan pengalaman yang pertama dalam matakuliah jurnalistik.

Kamis, 22 Desember 2011

LAPORAN TENTANG KELAS

A.    Tentang Teman
Teman-teman kelas adalah bagian dari inspirasi saya dalam belajar, sebagaimana mereka merupakan salah satu faktor utama untuk meningkatkan prestasi saya yang menjadi cita-cita sejak dini. Banyak berbagai macam karakteristik yang sudah saya ketahui dalam menanggapi teman-teman tapi saya berusaha untuk menjadikan mereka pelindung dalam kelalaian yang menjadi bagian dari kekurangan saya.
B.     Tentang Dosen
Dosen/Guru adalah pahlawan tampa jasa dimana setiap kali perkataan dosen/Guru merupakan ilmu yang berguna bagi kita. Ketidak tahuan kita selalu menjadi tahu dikala Dosen/Guru memberikan kita ilmu. Wabil khusus dosen saya bapak anwar mesipun sesibuk beliau dimana pun berada mekipun tidak d ruang kelas kampus tapi kita selalu berusaha untuk mendapatkan ilmu yang beliau sampaikan di tempat yang beliau bisa menyampaikannya, seperti di Radar Malang. Kita bisa mendapatkan ilmu tidak hanya di kampus saja melainkan dimana pun kita berada adalah tempat kita untuk mencari ilmu yang berguna buat kita sendiri. Saya baru kali ini merasakan kuliah di luar kampus yang penuh dengan kenangan dan kekompakkan teman-teman dalam mengikuti mata kuliah jurnalistik. Kuliah sambil melihat-lihat percetakan di Radar Malang merupakan keistimewaan baigi saya karena tidak semua mahasiswa yang bisa mendapatkan mata kuliah seperti ini. Saya sangat menikmati perkuliahan jurnalistik yang d ajarkan oleh bapak anwar.
C.    Tentang Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar pada mata kuliah jurnalistik sangat menyenangkan, terutama kulaih di luar kampus membuat saya mendapatkan berbagai pengalaman yang tidak bisa saya lupakan sampai perkuliahan ini berakhir. Lingkungan belajar di luar kampus pada awalnya sangat sulit saya terima terutama teman-teman yang lain karena baru pertama kali ini saya mersakan perkuliahan di luar kampus akan tetapi lingkungan disana tidak menjadi penghambat saya dalam belajar. Saya sangat menyukai perkuliahan seperti yang d lakukan oleh bapak Anwar selaku dosen mata kuliah jurnalistik.

FEATURE TENTANG LINGKUNGAN

©      Lingkungan kos
Lingkungan kos merupakan salah satu tempat dimana kita bisa bersosialisasi yang tidak bisa dihindari oleh setiap  mahasiswa yang kuliah d luar kota  karena lingkungan kos sangat mempengaruhi perkembangan pola kehidupan kita sehari-hati. Lingkungan kos sangat menentukan perkembangan sosisalisasi kita karena semua teman-teman di kos adalah bagian dari keluarga kita.
Baik buruknya teman adalah keluarga yang selalu membuat saya nyaman dalam menjalani kehidupan di lingkungan kos, jadi meskipun ada perbedaan karakteristik dalam sifat teman-teman saya, kita semua berusaha untuk selalu menyesuikannya dengan bersama-sama dalam beraktifitas seperti halnya dengan mengadakan piket kebersihan kos, kebersihan kamar mandi dan kebersihan taman dan tidak lupa sering berkomunikasi baik itu dalam bercandaan maupun dalam belajar.
Lingkungan kos sangat menbuat saya menjadi lebih baik dalam bersikap, baik dalam perilaku maupun dalam perkataan. Teman-teman selalu memberi motivasi dikala saya sedang ada masalah. Kehidupan di kos meskipun rumit dan jauh dari rumah tapi saya merasa senang dan nyaman untuk selalu mencari ilmu karena dengan banyaknya ilmu yang kita dapat sangat memberikan kita kemudahan dalam mencari sesuatu di dunia dan mecari keridhoan Allah.
Hidup di lingkungan kos membuat saya lebih mandiri dan membuat saya menjadi lebih mengerti apa arti kehidupan. Kebahagiaan saya selalu dipenuhi dengan senyuman teman-teman di kos yang selalu setia dan semngat dalam mewujudkan cita-cita bersama.
©      Lingkungan kampus
Kampus Hijau Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang  Di Jl. Gajayana No.50 malang merupakan tempat yang sangat kondusif untuk menuntut ilmu dan mengembangkan diri sebagai mahasiswa, Kampus adalah bagian dari kehidupan saya dalam mencari ilmu yang bermanfaat.
Lingkungan kampus yang sangat nyaman dan menyenangkan, terutama dalam ruangan kelas yang dipenuhi dengan berbagai keaadaan seperti canda gurau teman-teman dan dosen, keseriusan belajar, dan kelucuan temen-temen dalam menggoda. Banyak berbagai kesamaan dan perbedaan pendapat dalam berfikir sampai membuat perkuliahan menjadi lebih menantang utuk selalu mencari pengetahuan yang aktual dalam menyelasaikan berbagai masalah yang di lontarkan teman-teman ketika diskusi.
Semangat dalam mencari ilmu semakin meningkat ketika ada lingkungan kampus yang mempengaruhi, jadi tidak ada penyesalan yang membuat saya beranjak jauh dari gresik ke malang untuk mencari ilmu d kampus tercinta UIN Malang. Keadaan lingkungan, teman-teman, dan semua fasilitas yang ada membuat saya semakin percaya diri dalam meningkatkan profesionalisme dalam bersikap.
Saya sangat menikmati lingkungan yang ada di kampus karena saya mempunyai keluarga (teman) yang selalu menbuat saya semangat dan selalu memberikan kebaikan dalam perkembangan hidup saya. Keluarga (teman) saya adalah belahan jiwa yang selalu menemani saya dalam keadaan sedih maupun bahagia.
Berbagai banyak fasilitas yang sudah saya nikmati di dalam kampus baik itu dalam organisasinya. Lingkungan yang damai, sejuk dan sederhana membuat saya menjadi seseorang yang menyadari apa makna keindahan dunia  ini. Sungguh Tuhan menciptakan lingkungan yang terbaik buat kehidupan kita.

JAGALAH LINGKUNGAN SELAYAKNYA KITA MENJAGA DIRI KITA SEBAIK-BAIKNYA…………………………..

SEJARAH PERS

1.      Sejarah Pers Kolonial
Pers Kolonial adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Belanda di Indonesia pada masa kolonial/penjajahan. Pers kolonial meliputi surat kabar, majalah, dan koran berbahasa Belanda, daerah atau Indonesia yang bertujuan membela kepentingan kaum kolonialis Belanda.
2.      Sejarah Pers China
Pers Cina adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Cina di Indonesia. Pers Cina meliputi koran-koran, majalah dalam bahasa Cina, Indonesia atau Belanda yang diterbitkan oleh golongan penduduk keturunan Cina.
3.      Sejarah Pers Nasional
Pers Nasional adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Indonesia terutama orang-orang pergerakan dan diperuntukkan bagi orang Indonesia. Pers ini bertujuan memperjuangkan hak-hak bangsa Indonesia di masa penjajahan. Tirtohadisorejo atau Raden Djokomono, pendiri surat kabar mingguan Medan Priyayi yang sejak 1910 berkembang menjadi harian, dianggap sebagai tokoh pemrakarsa pers Nasional.
4.      Sejarah Pers kaum pribumi
Sikapnya ini telah memengaruhi surat kabar bangsa pribumi yang terbit sesudah itu. Hal ini terbukti dari keberanian dia menulis kalimat yang tertera di bawah judul koran tersebut, Orgaan bagi bangsa jang terperintah di Hindia Olanda tempat membuka suaranja. Kata terperintah di atas konon telah membuka mata masyarakat, bahwa bangsa pribumi adalah bangsa yang dijajah. Boleh jadi Tuan Tirto terinspirasi oleh kebebasan berbicara para pembesar pemerintah tersebut di atas. Rupanya dia berpendapat, bahwa yang bebas buka suara bukan beliau-beliau saja, namun juga rakyat jelata alias kaum pribumi. Hadirnya Medan Prijaji telah disambut hangat oleh bangsa kita, terutama kaum pergerakan yang mendambakan kebebasan mengeluarkan pendapat. Buktinya tidak lama kemudian Tjokroaminoto dari “Sarikat Islam” telah menerbitkan harian Oetoesan Hindia. Nama Samaun (golongan kiri) muncul dengan korannya yang namanya cukup revolusioner yakni Api, Halilintar dan Nyala. Suwardi Suryaningrat alias Ki Hajar Dewantara juga telah mengeluarkan koran dengan nama yang tidak kalah galaknya, yakni Guntur Bergerak dan Hindia Bergerak. Sementara itu di Padangsidempuan, Parada Harahap membuat harian Benih Merdeka dan Sinar Merdeka pada tahun 1918 dan 1922. Dan, Bung Karno pun tidak ketinggalan pula telah memimpin harian Suara Rakyat Indonesia dan Sinar Merdeka di tahun 1926. Tercatat pula nama harian Sinar Hindia yang kemudian diganti menjadi Sinar Indonesia.
5.      Pers pasca kemerdekaan
Beberapa hari setelah teks proklamasi dibacakan Bung Karno, dari kota sampai ke pelosok telah terjadi perebutan kekuasaan dalam berbagai bidang, termasuk pers. Yang direbut terutama adalah peralatan percetakan. Perebutan kekuasan semacam ini telah terjadi di perusahaan koran milik Jepang, yakni Soeara Asia (Surabaya), Tjahaja (Bandung) dan Sinar Baroe (Semarang). Dan pada tanggal 19 Agustus 2605 (tahun Jepang) koran-koran tersebut telah terbit dengan mengutamakan berita sekitar Indonesia Merdeka. Dalam koran-koran Siaran Istimewa itu telah dimuat secara mencolok teks proklamasi. Kemudian beberapa berita penting seperti "Maklumat Kepada Seluruh Rakyat Indonesia", "Republik Indonesia Sudah Berdiri", "Pernyataan Indonesia Merdeka", "Kata Pembukaan Undang-Undang Dasar", dan lagu "Indonesia Raya". Di bulan September sampai akhir tahun 1945, kondisi pers RI semakin kuat, yang ditandai oleh mulai beredarnya Soeara Merdeka (Bandung) dan Berita Indonesia (Jakarta), Merdeka, Independent, Indonesian News Bulletin, Warta Indonesia, dan The Voice of Free Indonesia. Dimasa itulah koran dipakai alat untuk mempropagandakan kemerdekaan Indonesia. Sekalipun masih mendapat ancaman dari tentara Jepang, namun dengan penuh keberanian mereka tetap menjalankan tugasnya. Dalam masa klas pertama tahun 1947, pers Indonesia terbagi dua. Golongan pertama tetap bertugas di kota yang diduduki Belanda. Dan golongan kedua telah mengungsi ke pedalaman yang dikuasai RI. Sekalipun aktif di wilayah musuh, yang selalu dibayangi ancaman pemberedelan dan bersaing dengan koran Belanda, golongan pertama tetap menerbitkan koran yang berhaluan Republikein. Yang terkenal di masa itu antara lain Merdeka, Waspada, dan Mimbar Umum. Demikian pula yang bergerilya ke pedalaman, dengan peralatan dan bahan seadanya, koran mereka senantiasa menjaga agar jiwa revolusi tetap menyala. Di masa itu telah beredar koran kaum gerilya, yakni Suara Rakjat, Api Rakjat, Patriot, Penghela Rakjat, dan Menara. Koran-koran ini dicetak di atas kertas merang atau stensil dengan perwajahan yang sangat sederhana.
6.      Pers Pancasila: Produk Asli Indonesia
Pada era Orde Baru, pemerintahan Soeharto secara cerdik berhasil merumuskan sistem pers baru yang “orisinil” yakni Pers Pancasila, satu labelisasi gaya Indonesia dari konsep development journalism (atau dalam kategori Siebert, Peterson, dan Schramm termasuk dalam jenis social responsibility pers). Konsep “Pers Pembangunan” atau “Pers Pancasila” (sering didefinisikan sebagai bukan pers liberal juga bukan pers komunis) secara resmi dirumuskan pertama kali dalam Sidang Pleno Dewan Pers ke-25 di Solo pada pertengahan 1980-an.
Rumusan tersebut berbunyi: Pers Pembangunan adalah Pers Pancasila , dalam arti pers yang orientasi sikap dan tingkah lakunya berdasar nilai-nilai Pancasila dan UUD 45. Pers Pembangunan adalah Pers Pancasila, dalam arti mengamalkan Pancasila dan UUD 45 dalam pembangunan berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, termasuk pembangunan pers itu sendiri. Hakekat Pers Pancasila adalah pers yang sehat, yakni pers yang bebas dan bertanggungjawab dalam menjalankan fungsinya sebagai penyebar informasi yang benar dan obyektif, penyalur aspirasi rakyat dan kontrol sosial yang konstruktif. Melalui hakekat dan fungsi itu Pers Pancasila mengembangkan suasana saling percaya menuju masyarakat terbuka yang demokratis dan bertanggungjawab.
Istilah Pers Pancasila merupakan cerminan keinginan politik yang kuat dan ideologisasi korporatis saat itu yang menghendaki pers sebagai alat pemerintah. Akibatnya fungsi pers sebagai “penyebar informasi yang benar dan obyektif, penyalur aspirasi rakyat dan kontrol sosial yang konstruktif”—seperti didefinisikan dalam Pers Pancasila, tidak bias terwujud. Pers Indonesia periode akhir 1970-an hingga 1998 semata-mata menjadi corong (mouthpiece) pemerintah, kehilangan independensi dan fungsi kontrolnya.
Berbagai pembatasan yang dibuat rezim Soeharto membuat wartawan tak bebas menulis. Pada era ini lah muncul apa yang disebut—secara sinis—sebagai “budaya telepon”. Peringatan melalui telepon ini bias dilakukan oleh siapa saja di kalangan aparat pemerintah, untuk mencegah media menulis laporan tertentu yang tidak disukai pemerintah. Selain itu pada pertengahan 1980-an juga mulai lazim kebiasaan pejabat militer dan pemerintah berkunjung ke kantor redaksi media cetak untuk memberikan “informasi penting” dan ketentuan tak tertulis apa yang boleh dan tidak boleh ditulis. Berbagai bentuk sensorsip ini mendorong pengelola media menggunakan gaya bahasa eufimistik untuk menghindarkan teguran dan pembredelan. Lebih jauh lagi pers Indonesia semakin pintar untuk melakukan swa-sensor (self censorship). Akibatnya sebagian besar media cetak saat itu bisa dikatakan menjadi corong pemerintah. Apapun yang dikatakan pejabat tinggi pemerintah dan militer akan dicetak dan dijadikan laporan utama (headline) oleh pers.
Pers dan wartawan yang tidak bebas, ikut mengajarkan rasa takut terhadap kebebasan pada masyarakat. Atau setidaknya mereka bersikap masa bodoh, sejauh keuntungan ekonomi masih diperoleh. Di era rezim Soeharto, sejak pertengahan 1980-an, pers Indonesia mulai mencicipi buah keuntungan era pers industri. Dalam pers industri, bisnis informasi ternyata menjanjikan keuntungan besar, dan tingkat kesejahteraan wartawan menjadi semakin baik. Namun keuntungan finansial itu berbanding terbalik dengan kepedulian sosial yang makin menumpul. Peningkatan oplah dan perolehan iklan menjadi tujuan. Akibatnya yang menjadi prioritas pers Indonesia—didukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah perolehan keuntungan, bukan kualitas berita.
Konsentrasi untuk mendapat keuntungan besar dan kesejahteraan materi dari bisnis pers menjadi semacam eskapisme bagi wartawan. Karena dalam situasi represif, sulit bagi wartawan untuk bisa mengeksplorasi kemampuan jurnalistiknya. Apalagi dengan adanya “hantu” pencabutan lisensi Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP). Izin SIUPP benar-benar seperti nyawa bagi pers, dan pemerintah adalah malaikat yang siap mencabut nyawa itu setiap waktu. Pencabutan SIUPP menjadi momok yang menakutkan bagi pers.
Terlebih-lebih saat itu sangat sulit untuk memperoleh SIUPP. Kriteria untuk mendapat SIUPP tidak jelas, dan menjadi rahasia umum, kalangan yang dekat dengan kekuasaan saja lah yang bisa mendapat SIUPP baru. Sehingga muncul dugaan SIUPP sengaja dijadikan alat untuk menyeleksi kepemilikan pers. Selain itu, ketika pemerintah (Departemen Penerangan), pada akhir 1980an, memutuskan untuk tidak lagi menerbitkan SIUPP baru, selembar kertas perizinan itu nilainya menjadi amat mahal untuk diperjualbelikan. Melalui sistem lisensi ini lah negara (pemerintah) menguasai “ruang publik”, bukan saja media massa harus mendapat ijin agar terbit, rapat-rapat dan pertemuan publik (lebih dari lima orang) juga harus mendapat ijin.
Ruang publik tersebut adalah “wilayah” yang bebas dari kontrol negara dan modal. Setiap anggota masyarakat dapat saling berinteraksi, belajar dan berdebat tentang masalah-masalah publik tanpa perlu risau adanya campur tangan penguasa (politik dan ekonomi). Dan media massa merupakan salah satu ruang publik yang paling efektif untuk sarana itu. Namun, di Indonesia, ruang publik (media) telah dikuasai negara, akibatnya dalam praktek jurnalisme di Indonesia, para wartawan lebih menempatkan ucapan pejabat, jenderal dan tokoh bisnis. Selain karena demi keamanan kelanjutan penerbitan, juga berangsur-angsur muncul anggapan bahwa ucapan pejabat pemerintah memberikan legitimasi yang kuat terhadap berita.
Praktek jurnalisme semacam itu (news talking) selain aman juga lebih mudah dilakukan oleh para wartawan juga menguntungkan bagi perusahaan pers, karena meminimalisir biaya yang harus dikeluarkan dalam proses peliputan berita. Sebaliknya, praktek news talking memberikan peluang besar bagi para politisi (dan pengamat) untuk memanipulasi berita. Akibat lebih jauh dari praktek jurnalisme ini adalah trend menonjolnya peran hubungan masyarakat (Humas) kantor pemerintah dan perusahaan swasta yang siap menyediakan “segala informasi” untuk membantu kerja wartawan.
Dengan maraknya “jurnalisme humas”, menyebabkan masyarakat semakin sulit memperoleh informasi yang benar tentang berbagai persoalan. Satu penelitian yang diadakan oleh Rizal Mallarangeng pada awal 1990 terhadap dua harian berpengaruh di Indonesia (Kompas dan Suara Karya) memperlihatkan besarnya ketergantungan dua media tersebut terhadap narasumber pejabat pemerintah atau birokrat. Sekitar 89,1 % berita Suara Karya dan 69,1 % berita bersumber dari pernyataan birokrat dan pejabat. Sedangkan menyangkut orientasi pemberitaan, sekitar 86,6% berita Suara Karya dan 78.9% berita di Kompas berisi dukungan terhadap kebijakan pemerintah.

PERLUNYA MATA KULIAH JURNALISTIK DI FAKULTAS TARBIYAH

Ada beberapa manfaat yang akan dipetik apabila Kuliah Jurnalistik di adakan di Fakultas Tarbiyah, diantaranya adalah:
1.      Menumbuhkembangkan Minat Membaca dan Menulis
Dengan adanya kuliah Jurnalistik, maka minat membaca dan menulis mahasiswa akan meningkat. Ini karena mereka merasa dihargai. Karya-karya kreatif dan orisinil yang mereka tulis mendapat tempat. Selain itu, mereka akan banyak membaca karena dengan membaca, mereka mendapatkan bahan untuk menulis. Tentunya ini juga akan memberi banyak kesibukkan dalam dunia membaca dan menulis.
2.      Menjadi Sarana Komunikasi
Kuliah jurnalistik juga dapat dijadikan sebagai sarana komunikasi yang efektif. Program yang dibuat di kampus, sesungguhnya dapat disampaikan melalui media kampus . Hal itu karena sudah menjadi informasi resmi kampus, maka mau tidak mau, minimal mahasiswa akan membaca media tersebut. Lebih-lebih media ini dijadikan bacaan orang tua. Maka akan terjadi komunikasi yang efektif terhadap perkembangan kampus.
Perlunya mempelajari mata kuliah jurnalistik sangat banyak seperti halnya kita bisa menambah keterampilan menulis berbagai bidang, dan mata kuliah jurnalistik juga untuk kebaikan atau bisa mendatangkan kebaikan, bisa juga untuk berdakwah, menyebarluaskan ilmu dan informasi bagi pelajar dan pelajaran jurnalistik bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan memperoleh keterampilan yang bernilai positif dan sangat dibutuhkan pada masa sekarang dan masa yang akan datang.